Logo merupakan identitas visual yang merepresentasikan nilai-nilai, sejarah, dan tujuan sebuah organisasi. Tidak terkecuali logo Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARI NU), yang memiliki filosofi mendalam. Setiap elemen dalam logo ini dirancang untuk mencerminkan ajaran Islam dan semangat perdamaian. Hal ini menunjukkan bahwa seni, dalam konteks ISHARI NU, bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana dakwah dan refleksi nilai-nilai luhur. Lebih dari itu, logo ini menjadi pengingat bahwa seni Islami adalah warisan yang harus terus dilestarikan dan dijaga keotentikannya, seiring dengan perubahan zaman.
Setiap unsur dalam logo ISHARI NU mengandung pesan simbolis yang mengarahkan seluruh anggotanya untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam dan menjadikan seni sebagai medium yang mempererat ukhuwah. Filosofi mendalam ini tidak hanya memperkaya identitas ISHARI NU sebagai organisasi, tetapi juga memberikan makna mendalam pada setiap aktivitas seni hadrah yang dilakukan. Sebagai bagian dari warisan budaya Islam, seni hadrah ISHARI NU adalah cerminan dari harmonisasi antara nilai spiritual dan sosial yang berlandaskan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.Â
Dalam logo ISHARI NU, terdapat beberapa elemen yang masing-masing membawa makna simbolis yang mendalam, yang menggambarkan identitas dan filosofi organisasi. Logo ini terdiri dari lima komponen utama: elemen perisai, lima bintang, simbol kitab berwarna putih, empat mata rantai, dan warna hijau sebagai dasar. Setiap elemen ini saling berhubungan dan memberikan pesan yang kuat mengenai tujuan organisasi yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam dan kesatuan dalam keberagaman.Â
Yang pertama terdapat Elemen perisai bersudut lima, yang melambangkan rukun Islam yang menjadi fondasi ajaran Islam. Bentuk perisai ini tidak hanya sekadar simbol, tetapi juga pesan mendalam bahwa ISHARI NU berkomitmen mempertahankan nilai-nilai Islam dalam setiap kegiatannya. Perisai ini juga menjadi representasi bahwa seni sholawat adalah bagian dari benteng spiritual umat Islam.
Yang kedua terapat Lima bintang kuning di atas perisai menggambarkan Nabi Muhammad SAW dan empat Khulafaurrasyidin. Elemen ini mengingatkan pentingnya meneladani kepemimpinan dan kebijaksanaan para khalifah dalam menjalani kehidupan, baik secara individu maupun dalam kehidupan berorganisasi. Kehadiran bintang ini menjadi simbol cahaya yang memandu langkah ISHARI NU dalam melestarikan seni Islami.
Ketiga Simbol kitab berwarna putih memiliki makna tuntunan bacaan sholawat yang diajarkan di ISHARI NU. Warna putih melambangkan kesucian dan kemurnian niat dalam bersholawat. Hal ini menegaskan bahwa seni hadrah bukan sekadar kegiatan budaya, melainkan juga ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kempat mata rantai dalam logo memiliki makna mendalam yang berkaitan erat dengan ISHARI. Selain melambangkan empat mazhab utama dalam Islam—Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali—simbol ini juga merepresentasikan prinsip kebersamaan dan keterhubungan dalam organisasi ISHARI NU. Sebagaimana mata rantai saling terhubung dan menguatkan, ISHARI NU memadukan nilai-nilai keislaman dengan seni sholawat sebagai alat dakwah. Setiap anggota ISHARI diibaratkan sebagai mata rantai yang saling mendukung dalam membangun kekuatan ukhuwah Islamiyah.
Dan yang terakhir Warna dasar hijau pada logo juga memiliki pesan universal, yaitu perdamaian. Dalam Islam, hijau sering diasosiasikan dengan kesejukan, kesuburan, dan ketenangan. Dengan mengadopsi warna ini, ISHARI NU menyampaikan pesan bahwa seni hadrah bertujuan menciptakan harmoni dalam masyarakat.
Melalui simbol-simbol dalam logonya, ISHARI NU mengajak Seluruh Anggota Ishari Baik Dari tingkatan Pusat , Wilayah,Cabang Sampai Ranting untuk memahami seni Islami sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah sekaligus memperkuat ikatan sosial. Filosofi yang tertuang dalam logo ini seharusnya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tidak hanya menghargai warisan budaya, tetapi juga menjaga nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek kehidupan.
Sumber : Hasil Musyawarah Nasional (Munas) ISHARI di Paciran dikutip di akun blogger ISHARI NU Ancab Prigen