Orang yang selalu ada dan hadir menemani disetiap detik, kisah, cerita, dan segala momen adalah diri sendiri. Orang yang paling bertanggung jawab atas diri kita sendiri, orang yang paling menentukan akan seperti apa alur kehidupan di masa yang akan datang untuk diri sendiri.
Jika dianalogikan, kita seharusnya bisa memposisikan diri kita menjadi dua bagian. Pertama, sebagai bos dan yang kedua menjadi karyawannya. Menjadi bos karena kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri, mau diarahkan kemana, mau jadi pribadi yang seperti apa, bertindak, berpikir, bercengkrama yang bagaimana, itu adalah tugas bos. Sekaligus bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kemudian, menjadi karyawan karena kita adalah pelayan untuk diri kita sendiri. Memberikan yang terbaik bagi diri kita sendiri dengan segala daya dan upaya yang ada.
Tak jarang, manusia bersikap saling membandingkan. Membandingkan dirinya dengan manusia yang lain. Melahirkan pikiran yang tidak sehat, rasa kurang percaya diri, mengeluh, iri, dengki, berburuk sangka dan lain sebagainya. Padahal, perbandingan seperti itu tidaklah adil dan seimbang. Nggak apple to apple. Setiap individu memiliki cerita dan latar belakang yang tentu jelas berbeda. Kemampuan jelas berbeda, peranan jelas amat berbeda. Semuanya punya lembar kisah hidupnya masing-masing. Semuanya sudah sesuai dengan porsi-Nya.
Kita sebagai individu selain harus bisa bersinergi dengan diri untuk mencapai tujuan hidup, ternyata kita harus bisa juga untuk menantang diri sendiri demi terus tumbuh dan berkembang. Pepatah mengatakan "hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini", ya saya sepakat dengan pepatah tersebut dan mengartikan bahwa diri kita dihari ini mesti lebih baik dibandingkan diri kita di hari kemarin, dan diri kita di hari esok harus lebih baik daripada diri kita di hari ini. Bayangkan, jika pepatah ini dimanifestasikan dalam kehidupan nyata? Pasti keren. Tapi sayangnya, tidak semudah itu. Manusia memiliki keterbatasan dan tentu riskan melakukan suatu kesalahan, bahkan berulang.
Nyantanya, melawan diri sendiri jauh lebih susah dibanding melawan siapapun. Mengendalikan diri sendiri artinya bersiap menghadapi segala bentuk distraksi. Membiasakan diri membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan tenaga yang tidak main-main. Apalagi mereka yang hari ini tengah berada di usia muda yang rawan terbawa arus distraksi akan hal-hal dampak modernisasi dan kemajuan teknologi. Susah itu pasti, namun bukan berarti tidak mungkin atau mustahil untuk terus diupayakan.
Saatnya menantang diri sendiri untuk bisa terus tumbuh dan terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermakna dalam menjalani hidup di setiap harinya. Tantang diri sendiri untuk berani membiasakan hal-hal positif, berani mengevaluasi segala bentuk kegagalan, berani melawan nafsu dan hasrat yang besar yang terkadang menyesatkan, berani untuk terus menginvestasikan diri dalam gelombang kebaikan, dan tentunya berani untuk tidak menyerah! Semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H