Dari momentum Muktamar kita dapat belajar tentang refleksi. Kita perlu refleksikan apakah kita sudah dapat disebut sebagai kader Muhammadiyah? Kader yang siap menghidupi, mencerahkan, dan memajukan?Â
Apakah kita layak disandangkan dengan sebutan 'kader' itu sendiri? atau malah justru kita sebenarnya berjalan melenceng daripada jalan yang ditempuh Muhammadiyah? Patut untuk kita renungi, patutlah kita kembali bermuhasabah terhadap peranan kita di persyarikatan. Â
Dari momentum Muktamar ini pula kita dapat belajar tentang persatuan. Ya, bersatu padu. Keindahan kebersamaan terlihat hangat dalam rajutan persyarikatan dan sangatlah perlu untuk dijaga bersama-sama. Karena dengan bersatu padu, kita semua sebagai kadernya jauh akan lebih kuat dan semangat dalam berkhidmat di Muhammadiyah.
Dari momentum Muktamar kali ini juga kita belajar tentang progresif-kolaboratif. Yakni kemampuan untuk terus berkembang dari masa ke masa sekaligus melakukan kolaborasi antar elemen yang solid.Â
Karena kedepan, Muhammadiyah membutuhkan keterlibatan kekuatan internal dan eksternal untuk meneruskan pergerakan persyarikatan. Dinamisnya zaman, pun pesatnya perkembangan teknologi, dan problematika yang semakin hari semakin kompleks, membuat kita harus memiliki spirit untuk dapat terus berprogres dan berkolaborasi dalam berkhidmat di Muhammadiyah.Â
Supaya persyarikatan juga mampu bersikap adaptif terhadap dinamisnya zaman. Jadi, harapannya eksistensi dan esensi Muhammadiyah dapat terus terjaga sepanjang masa. Karena tidaklah mudah untuk meneruskan perjuangan, dan tidaklah pantas untuk tidak melanjutkan perjuangan. "Jika ragu dan bimbang, lebih baik pulang" kata Jendral Sudirman." Jangan ragu, jangan bimbang, teruslah berjuang!" kata penulis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI