5 tahun lalu...
Malam itu, cuaca sangat dingin sekali. Hujan lebat sejak sore tadi belum juga reda. Dullah yang sejak tadi kebingungan dengan PR yang diberikan gurunya tadi siang memutuskan untuk membuat teh hangat sebagai teman mengerjakan PR-nya malam itu. Bapak dan Ibunya sedang istirahat di ruang keluarga setelah lelah seharian bekerja di sawah.
"Niki pak.. buk.., kulo damelaken wedang jahe. Kersane awak e enak maleh", ucap Dullah sambil meletakkan 2 cangkir wedang jahe di meja.
"Iyo le... matur suwun", balas Purwadi.
Setelah memberikan wedang jahe ke kedua orang tuanya, Dullah kembali ke kamarnya untuk melanjutkan mengerjakan PR-nya yang tertunda sebentar. Dibantu dengan cahaya lilin, Dullah mulai mengerjakan PR-nya sambil sesekali menyeruput teh hangatnya. Memang benar, sebagian besar rumah di desa Dullah belum mendapatkan pasokan listrik. Ada sebagian yang lain menggunakan tenaga pembangkit listrik lain seperti genset. Namun, bagi keluarga Dullah yang berpenghasilan pas-pasan tentulah memilih menggunakan pencahayaan yang seadaanya seperti lilin misalnya.
"Alhamdulillah, akhire tugasku wes rampung. Saiki wayahe turu", kata Dullah.Â
Malam itu menunjukkan pukul 23.00. Dullah yang beranjak tidur tiba-tiba terbangun karena mendengar suara orang berkelahi di luar kamarnya. Karena penasaran, Dullah memutuskan untuk melihat keadaan di luar.Ketika Dullah hendak keluar, tiba-tiba terdengar bapaknya berteriakÂ
"Dul, gak usah metu teko kamar!! Bahaya!", teriak Purwadi.
Karena takut, Dullah memutuskan untuk kembali menutup pintu kamarnya dan hanya berani mengintip sedikit. Disana dia melihat ibunya yang tergeletak pingsan karena pukulan di kepala. Sedangkan bapaknya sedang berkelahi dengan orang yang memakai topeng yang berniat untuk mencuri di rumah Dullah. Sepertinya pencuri itu tahu kalau bapak Dullah baru saja panen raya.
"Nek ndi awakmu nyimpen duwekmu Di? aku ngerti kowe sik tas panen!", teriak pencuri itu
"Duwek? ra nduwe duwek aku", balas Purwadi sambil menghindari sabetan golok dari pencuri itu