Mohon tunggu...
Fahrijal Nurrohman
Fahrijal Nurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hey there! I am using Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Jawa" yang Tidak "Njawani"

30 Oktober 2020   16:13 Diperbarui: 30 Oktober 2020   16:18 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya nggak apa-apa dong kalau anak diajari bahasa Indonesia dari kecil. Kan kita hidup di negara Indonesia"

"Kita itu harus nasionalis, harus pakai bahasa Indonesia"

"iihhh... masih ngomong pakai bahasa jawa. Norak banget sih"

Apakah berbicara kepada yang lebih tua pakai bahasa kromo inggil itu norak? Apakah jika memanggil teman dengan kata "sampean" itu kuno? Apakah memakai pakaian adat jawa itu terlihat jadul dan tidak keren? Apakah men-jawa-ni budaya Jawa itu terlihat aneh?

Akhir-akhir ini penulis gelisah dengan fenomena globalisasi yang kian ganas menyerang sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah dari segi sosial dan budaya. Banyak sekali budaya-budaya asing yang masuk ke dalam negara Indonesia dan tidak sesuai dengan kultur budaya bangsa Indonesia. Sehingga banyak sekali ketimpangan budaya yang terjadi di tengah-tengah bangsa Indonesia

Adalah suku Jawa yang merupakan salah satu suku besar yang mendiami negara Indonesia. Dikutip dari wikipedia, dikatakan bahwa pada tahun 2010, setidaknya ada 40,22% penduduk Indonesia adalah suku Jawa. Mayoritas penduduk Jawa beragama Islam dan sisanya ada minoritas, diantaranya Kriten, Kejawen, Hindu, Budha dan Khonghucu. Dan suku Jawa sendiri mempunyai banyak sekali peninggalan budaya yang sebagian besar di dalamnya terjadi akulturasi antara budaya Kajawen dan budaya Hindu-Budha

Ada banyak sekali contoh budaya yang dimiliki suku Jawa. Diantaranya adalah bahasa Jawa. Suku Jawa sendiri mempunyai aksara dalam penulisan atau yang biasa disebut dengan Aksara Jawa. Dan suku Jawa mempunyai pedoman sendiri dalam bertutur kata yaitu harus memperhatikan posisi lawan bicara ketika akan diajak berbicara atau yang disebut dengan "unggah-ungguh". Sehingga di dalamnya ada beberapa istilah kebahasaan, di antara penggunaan bahasa ngoko yang biasa digunakan untuk berbicara kepada teman sebaya dan bahasa kromo inggil yang biasa digunakan untuk orang yang lebih tua. Dan masih banyak lagi contoh budaya yang dimiliki suku Jawa.

Namun di zaman sekarang, banyak generasi muda yang mulai meninggalkan adat dan budaya yang mereka miliki. Banyak dari mereka yang memilih memahami budaya-budaya asing yang masuk begitu saja ke negara Indonesia. Padahal belum tentu budaya mereka itu cocok dengan kultur sosial bangsa Indonesia. Bahkan ada yang memang tidak cocok sama sekali.

Jika dilihat di zaman sekarang ini, banyak anak-anak dari suku jawa yang mulai tidak mengenal adat dan budayanya sendiri. Hal ini disebabkan oleh orang tua yang tidak mengajarkan tentang apa saja adat dan budaya yang dimiliki oleh suku Jawa. Sebagai orang tua, seharusnya mereka mengajarkan hal-hal kecil tentang adat dan budaya mereka seperti berbicara dengan kromo inggil kepada orang yang lebih tua. Contoh lainnya adalah minimnya tenaga pengajar bidang bahasa Jawa yang ada di sekolah-sekolah. Ini menunjukkan adanya degradasi budaya yang terjadi di tengah gencarnya globalisasi.

Sebagai orang yang terlahir dari di Indonesia, penulis cukup bangga dengan adat dan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sudah sepatutnya sebagai generasi muda kita melestarikan adat dan budaya leluhur kita. Terkhusus lagi penulis yang terlahir sebagai seorang yang terlahir dari suku Jawa. Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dari kakek dan buyut penulis. Dan dari kakek dan buyut, penulis memahami akan pentingnya menjaga apa yang telah mereka wariskan.

Memakai baju surjan? Kenapa tidak. Memakai blangkon? Kenapa harus malu. Kalian para pemuda, dari suku Sunda, Madura, Dayak ataupun yang lainnya. Ayo jadilah pemuda Sunda yang Nyunda-i, Madura yang Madura-i dan seterusnya. Sehingga adat dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia ini akan terus terjaga sampai anak cucu nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun