Mohon tunggu...
Fahri Hidayat
Fahri Hidayat Mohon Tunggu... Dosen -

Dosen Kementerian Agama RI, Mahasiswa Program Doktor (S3) UIN, Peneliti di Al Hambra Institute for Islamic Thought and Civilization. Facebook: https://www.facebook.com/fahri.hidayat.3

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menuju DKI 1, Tim Kampanye Ahok "Serang" Kolom Komentar Media Online?

8 Agustus 2016   10:03 Diperbarui: 8 Agustus 2016   10:11 2103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media massa adalah salah satu dari empat pilar demokrasi. Laju cepat kereta zaman telah membawa kita kepada era teknologi yang sangat mutakhir. Jika dulu untuk bisa meng-update berita kita harus membaca Koran, atau menonton acara berita di televisi, saat ini kita hanya tinggal membuka smartphone dan membaca berita melalui internet. Banyak aplikasi berita online yang bisa diunduh dengan cuma-cuma alias gratis. Kita bisa mengikuti perkembangan berita dari menit ke menit hanya dengan satu aplikasi.

Di era keterbukaan informasi seperti saat ini, kita bukan hanya dapat mengakses berita melalui media online, tapi bisa juga ikut serta mencurahkan opini melalui kolom komentar yang tersedia di bagian bewah berita. Ada banyak portal online dari media massa mainstream yang memang menyediakan kolom komentar sebagai wadah untuk menangkap aspirasi dan pendapat nettizen yang membaca berita tersebut. Tak jarang, kolom komentar menjadi ajang debat para nettizen. Bahkan, bisa dikatakan, komentar sebuah berita justru lebih menarik dari berita itu sendiri.

Ada yang menarik di sini. Jika kita amati, berita yang ramai dengan komentar adalah berita yang menyangkut politik, khususnya, dalam konteks saat ini, adalah pertarungan menuju kursi DKI 1. Di portal kompas, misalnya, berita-berita yang bertajuk pilkada DKI selalu penuh dengan komentar. Sebaliknya, berita yang tidak terlalu politis, cenderung sepi komentar.

Anehnya, setiap ada berita tentang Ahok, selalu saja banyak komentar yang secara fanatik memuja-mujanya. Jika kita amati, di antara para pemuja itu banyak terdapat akun yang sama yang berkomentar berkali-kali. Sedangkan, jika ada berita negatif tentang Ahok, justru banyak komentar yang menyerang beritanya, bukan Ahoknya. Mari kita perhatikan contoh berikut:

gambar-2-57a7f618109373f906362e6b.jpg
gambar-2-57a7f618109373f906362e6b.jpg
Jika kita mengamati komentar-komentar pro ahok yang begitu dominan dalam kolom berita tersebut, maka wajar jika kita curiga bahwa sebagian besar komentator terkoordinir dalam sebuah tim. Benarkah tim kampanye Ahok telah melakukan “serangan komentar” secara massif dan terkoordir sebagai bagian dari pencitraan terselubung? Biarkan publik sendiri yang menilai. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun