Belakangan ini kita dikagetkan oleh foto-foto aksi dramatis yang dilakukananak-anak Sekolah Dasar di Sang Hiang, Lebak Banten. Mereka mempertaruhkan nyawanya melewati jembatan rusak untuk sampai di sekolah. Kondisi ini banyak mencuri perhatian banyak pihak. Tidak hanya di dalam negeri, medialuar negeri pun menyorotnya. Kantor beritaInggris, Reuters mempublikasikan foto-foto yang mengundang simpati itu. Bahkan surat kabar harian Inggris Daily Mail menyebut kondisi itu mirip dengan film Indiana Jones And The Temple of Doom. Fenomena siswa SD yang sekolah dengan susah payah meniti jembatan ini bukan hanya terjadi di Banten, beberapa waktu lalu juga terjadi di Garut.
Akhir-akhir ini kita juga dikejutkan dengan berita renovasi ruangan Banggar DPR yang mencapai Rp 20,4 miliar.Begitu juga renovasi toilet DPR senilai Rp 2 miliar. Fenomena ini memperlihatkan bahwa pejabat negara ini tidak peka terhadap kondisi yang dihadapimasyarakat. Sebagai warga negara Indonesia, saya merasa miris melihat kondisi ini. Mungkin tidak hanya saya yang merasakan hal tersebut. Siapapun yang memiliki nurani pasti akan tersentuh melihat ini.
Kita tahu bahwa bangsa ini adalah bangsa yang sangat kaya. Tetapi mengapa hal seperti ini sampai terjadi dan luput dari perhatian negara? Ini menjadi pertanyaan saya, sudah merdekakah kita? Kemana pemimpin negeri ini?
Yang saya tahu, para pejabat negara ini begitu antusias ketika ada persoalan politik. Mereka langsung angkat bicara jika kepentingan politik mereka terganggu. Tapi ketika hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat kecil yang seharusnya menjadi perhatian mereka, tak ada tanggapan dan aksi serius yang mereka lakukan. Pejabat negara tidak berpihak kepada rakyat. Padahal kita tahu bersama bahwa terpilihnya mereka adalah untuk melayani rakyat.
Rakyat saat ini sudah semakin apatis dengan apa yang terjadi di bangsa ini. Mereka tidak pernah merasakan sentuhan tangan negara, kecuali untuk menyengsarakan mereka. Negeri ini bagaikan negeri tanpa pemimpin. Kasus Mesuji, kasus Bima, kasus Sampang dan sebagainya adalah bentuk kegagalan negara melayani dan mengayomi rakyat. Melihat kondisi negara yang seperti ini, saya jadi memaklumi apa yang di lakukan Sondang Hutagalung membakar diri di depan istana beberapa bulan lalu. Aksi tersebut adalah ekspresi kekecewaan dan perlawanan terhadap kekuasaan yang tak berpihak kepada masyarakat.
Oleh karena itu, mari kita pahami baik-baik pesan Sondang. Negara ini bukanlah milik segelintir orang, tapi milik seluruh rakyatnya. Kita tidak akan pernah rela negeri tercinta ini dibajak oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Rakyat Indonesia tidak lagi mau dibohongi dan dibodohi. Saatnya bangsa ini sembuh dari penyakit dengan menyingkirkan virus-virusyang menggerogotinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H