Anti-omek, begitulah setidaknya mahasiswa sekarang mengidentifikasi mereka yang juga sesama mahasiswa namun memiliki jiwa antipati maupun sentiment politik terhadap omek. Omek yang dimaksudkan disini adalah organisasi mahasiswa ekstra kampus yang memiliki dinamika pergerakan mahasiswa seperti HMI serta organisasi lainnya yang tidak termasuk dalam struktur formal birokrasi kampus namun memiliki kontribusi aktif terhadap pengembangan mahasiswa.
Tapi kalian tau nggak sih? Di UB (Universitas BIRU) ups... Omek dianggap hal yang sangat mengerikan bagi sebagian orang. Aku juga nggak habis pikir, apa yang salah dengan omek?? Apa gara-gara pemira?? Bukannya tambah keren. Oke, nyalon jadi presiden mahasiswa yang didukung omek masing-masing itu kan bentuk dukungan. Lagian, presiden mahasiswa yang independen juga terbukti belum terpilih.
Organisasi terlahir karena adanya visi dan misi yang sama, akhirnya mereka bertemu dan terbentuklah sebuah organisasi. Gak ada yang salah kan dengan mereka?
Selagi itu bukan organisasi yang menyimpang seperti organisasi penyuka sesame jenis, yang menyimpang dan bertentangan dengan Pancasila yang bertuhan. Lagian mereka juga tidak merugikan kalian.
Mungkin sebagian orang berfikir mereka hanya ingin berkuasa. Helooow ya iyalah, kalo kalian pengen visi dan misi kalian tercapai ya harus jadi yang memimpin. Yang jadi masalahnya, adalah visi dan misi nya. Tapi selama ini aku mengamati diantara mereka gak ada yang menyimpang, gak ada program kerja yang merugikan mahasiswa.
Membenci mereka??gak masalah sih. Cuma, benci itu harus ada dasarnya. Mereka berhak berorganisasi, berhak untuk menyampaikan visi dan misi nya. Dan apa masalah nya dengan kalian??? Terkadang aku muak dengan hal semacam ini. Kalian mengaku independen, tidak memihak siapapun. Dan pada akhirnya ketika ada pemira ataupun pemilwa kalian semua golput. Dengan alasan gak suka sama calonnya atau bahkan lebih buruk lagi karena alasan background mereka. itu berarti kalian sudah mencoreng arti dari independen itu sendiri.
Kalo alasannya karena gak suka sama calonnya trus kamu mau ngapain?? Merasa lebih baik, kenapa nggak nyalon sekalian?? Mereka itu satu step diatas kalian. Paling tidak mereka punya wacana yang matang dan berani untuk mencalonkan diri. Sedangkan kalian, mungkin punya wacana yang lebih keren, tapi mana realisasinya? So, sebagai mahasiswa yang cerdas, yuk lakukan apa yang bisa kita lakukan. Kita masih beruntung. DiNegara ini, masih ada orang-orang yang peduli dan jangan pernah sia-siakan mereka.
Satu hal lagi, maju tidaknya bangsa ini tergantung kita. Kita semua sudah cukup dewasa untuk menentukan bagaimana Indonesia mau maju kalo mahasiswanya nya (orang paling terpelajar dinegri ini) masih seperti ini. Tahapan negara berkembang dan maju adalah negara berkembang punya banyak sekali penduduk yang berfikir kritis. Tapi sangat sedikit solusi dan realisasi. Sedangkan negara maju, banyak orang berfikir kritis sesuai data atau bukti yang ada, banyak solusi, dan sangat banyak realisasi.
Ketika diNegara maju yang demokratis mereka melihat pemerintah telah benar, mereka tidak akan mencari-cari kesalahan dari pemerintah. Bukan kah menjadi penduduk yang sok pintar tapi tidak ada realisasi sama sekali itu sangat buruk?? So mulai sekarang apapun background kita, bisa kah kita berdampingan dengan damai untuk menuju Indonesia yang lebih baik.
Tulisan ini bukanlah pembelaan terhadap omek atau kecenderungan sejenisnya. Tulisan ini juga bukan justifikasi apriori fenomena kekinian. Tetapi tulisan ini sebuah pesan bijak kepada semua yang berkepentingan terutama kalian para kaum terdidik bangsa, agar jangan sampai terbawa arus opini yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sehingga dapat merugikan diri sendiri. Sudah saatnya mahasiswa kembali ke khittahnya sebagai agent of change, bukan agen opini sesaat seperti gerakan anti omek.
HIDUP MAHASISWA…