Mohon tunggu...
Fahreza S. Samalam
Fahreza S. Samalam Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis Muda

"Dengan Menulis Kalian Akan Melihat Dunia''

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Di Balik Baliho Berduka Cita, Ada Pesan Politik untuk 2024

6 September 2021   14:11 Diperbarui: 6 September 2021   15:44 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wabah Covid-19 sampai saat ini masih menyelimuti tanah air, tangisan dan ratapan seakan tak ada ujungnya, ucapan bela sungkawa dan berduka cita justru terdengar tak asing lagi di telinga kita.

Penanganan yang dilakukan pemerintah, seakan bukan jawaban kongkrit dari permasalahan di negeri ini. Di tengah ketidakpastian yang kian memanjang, maka satu-satunya cara untuk melindungi diri dari infeksi virus  adalah dengan tetap waspada dan tak lengah.

Melihat kondisi saat ini tentunya diperlukan kolaborasi yang efektif antara masyarakat, pemerintah, LSM, dan para elit partai politik. Mengigat pandemi yang kian memuncak dan tak terkendali.

Masyarakat hingga saat ini masih tetap menerapkan anjuran pemerintah untuk menaati protokol kesehatan. dengan tidak berkerumunan, memakai masker, mengikuti program vaksinasi dan tetap menjaga imun tubuh. Begitu pula dengan berbagai Lembaga sosial Masyarakat (LSM) yang selalu konsisten mengkampanyekan protokol kesehatan.

Di samping itu jusru ada pula hal yang terlihat tidak mengasikan yaitu para elit politik justru berbondong-bondong memasang baliho politik belasungkawa yang dibalut pesan politik pesta demokrasi 2024. Baliho terpasang di pinggir jalan dan tersebar di beberapa kota. Pandemi belum kunjung usai tapi persaingan sudah dimulai.

Tindakan pemasangan baliho ini justru menghilangkan rasa empati terhadap kondisi wabah yang kian memuncak, di saat pemerintah tengah sibuk berperang melawan pandemi di sisi lain justru elit politik ikut berperang merebut kursi pemerintahan.

Apa perlu kita ikutan pasang baliho untuk ajarkan kalian soal empati dan solidaritas kemanusiaan. Tapi untuk para petinggi parpol enggak perlu di ajari Lagi kan, jadi pemimpin parpol sangat mustahil jika tidak memahapi kondisi saat ini.

Masa kita rakyat terus-terusan ngajarin tentang arti lebih berperan dan berkolaborasi akan kondisi atau perlu pemuda nakal Intelektual ini yang ngajarin tentang solidaritas kemanusiaan, saya rasa enggak perlu lah yah. Harusnya para petinggi itu mengerti dan paham harus berbuat apa pada masa pandemi seperti sekarang.

Memang benar negara Indonesia adalah negara demokrasi Kebebasan berkampanye merupakan salah satu pilar utama dalam merebut perhatian rakyat dan mengakumulasi kehendak rakyat, proses Pemilihan Umum sekaligus merupakan prosedur demokrasi untuk memilih pemimpin. Diyakini oleh seluruh masyarakat, Pemilihan Umum adalah mekanisme pergantian kekuasaan yang paling efektif.

Namun untuk kondisi sekarang sebaiknya parpol membuktikan kerja nyata dan kepedulian akan musibah yang sedang melanda bumi pertiwi. Sama hal dengan apa yang pernah di sampaikan oleh presiden ke-4 kita yaitu “Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan” (K.H Abdurrahman Wahid).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun