Mohon tunggu...
Fahreza Daniswara
Fahreza Daniswara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sports Junkie

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tragedi itu Bernama Mineirazo

10 Juli 2014   04:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:48 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mueller dan Klose merayakan gol ke gawang Brazil

[caption id="" align="aligncenter" width="605" caption="Mueller dan Klose merayakan gol ke gawang Brazil"][/caption]

Pesimisme dan optimisme melambung seimbang diantara para pengamat, pendukung maupun para pelaku Sepak Bola mengenai peluang Brazil untuk melaju ke final sejak dua punggawa mereka, Neymar Jr. (cidera patah tulang belakang) dan Thiago Silva (akumulasi kartu kuning), tidak bisa tampil di partai krusial melawan Jerman yang diselenggarakan di Mineirao, Belo Horizonte (9/7). Saat prosesi pemutaran lagu kebangsaan, tampak David Luiz dan Julio Cesar mengibarkan seragam nomor 10 kepunyaan Neymar, dan juga ditemani oleh puluhan ribu pendukung Brazil yang menggunakan topeng Neymar dalam rangka menghormati dan menyemangati sang idola yang harus menepi sejenak dari dunia sepak bola. Optimisme mulai memenuhi seluruh stadion, berharap Brazil dapat melenggang mulus ke babak final.

Tapi kenyatannya; tidak.

Klose Cetak Rekor Baru

Pertandingan berjalan 11 menit, Thomas Mueller mengemas gol kelima-nya di pagelaran Piala Dunia 2014, sekaligus menajamkan koleksi golnya di Piala Dunia menjadi 10. Lalu 12 menit kemudian, sejarah tercipta di Mineirao, Miroslav Klose menasbihkan dirinya sebagai striker tersubur sepanjang sejarah Piala Dunia setelah menyarangkan gol ‘mudah’ yang menandai gol ke 16-nya, mematahkan rekor yang dibuat Ronaldo Luiz Nazario de Lima dengan 15 gol. 2 gol di 23 menit pertama telah membuktikan kelengahan dan ketidakberdayaan lini pertahanan Brazil yang harus ditinggal sang kapten, Thiago Silva, untuk menghadapi gempuran der Panzer. Kuartet Maicon, David Luiz, Dante dan Marcelo, yang ditopang oleh dua stopper; Fernandinho dan Luiz Gustavo, tidak menunjukkan kinerja lini belakang Brazil yang sebelumnya terlihat solid dan cepat memotong alur serangan.

Neraka, 4 Gol dalam rentang waktu 6 menit

Maka, apa yang terjadi dalam 6 menit berikutnya merupakan hal yang sangat mencengangkan dan dapat menghancurkan moral sampai ke titik terendah. Klose, Toni Kroos dan Sami Khedira bergantian memborbardir gawang Cesar melalui skema yang hampir sama; Tusukan dari sayap yang diakhiri dengan crossing ke area kotak penalti. “Itu merupakan permainan yang impresif. Ini merupakan penampilan kolektif terbaik untuk Jerman yang pernah saya ikuti.” Ujar Toni Kroos yang nantinya diganjar dengan predikat Man of The Match berkat 2 gol dan operan-operan akuratnya yang mengacaukan organisasi pertahanan Brazil.

Selepas gol bersejarah Klose, terlihat jelas bahwa para pemain Brazil mulai kehilangan fokus dan gairah untuk menyamakan kedudukan. Alih-alih mengambil inisiatif serangan, mereka justru mudah kehilangan bola dan telat untuk mundur ke lini pertahanan dan berujung pada 3 gol tambahan yang bersarang di gawang Julio Cesar. Alhasil, puluhan ribu supporter Selecao pun menangis histeris tidak percaya bahwa tim mereka baru saja kemasukan 4 gol dalam selang waktu hanya 6 menit!

“Itu merupakan momen paling buruk dalam karir sepakbola saya dan juga hari terburuk dalam hidup saya. Tapi hidup tetap berjalan.” Kata Scolari yang dengan lantang menegaskan bahwa dia merupakan sosok yang paling bertanggung jawab dalam kekalahan tragis Brazil yang mungkin akan dikenang terus sampai 50 tahun ke depan nanti.

Di babak kedua, Brazil akhirnya mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi namun gagal membuahkan hasil yang maksimal (baca: Honorable Mention: Manuel Neuer di bawah). Ketiadaan Neymar memang menjadi satu masalah berarti karena selama ini, tidak bisa dipungkiri bahwa Brazil memang masih bergantung banyak pada Neymar dan itu dibuktikan dengan 4 gol-nya. Namun, yang menjadi masalah sejati dari Brazil sendiri adalah rendahnya kualitas lini depan Brazil yang berujung pada penyelesaian buruk. Dari total 11 gol yang dicetak Brazil, hanya 1 gol yang disarangkan oleh penyerang murni, yakni Fred, kala berhadapan dengan Kamerun. Sebuah dilema dimana Brazil selama ini terkenal akan ketajaman bomber kelas dunia seperti halnya Pele, Ronaldo dan juga Pato. Hal ini juga menguatkan pandangan bahwa Brazil mengalami pragmatisasi sepakbola yang disebabkan banyaknya pemain yang bermain di Eropa, yang menekankan sepakbola simple dan body contact, dan juga karakter Luiz Felipe Scolari sendiri yang memang mengutamakan hasil ketimbang Jogo Bonito yang menjadi ciri khas utama timnas Brazil.

Honorable Mention: Manuel Neuer

Kiper Bayern Munich ini sempat mengalami ‘masa santai’ di babak pertama manakala Jerman meluncurkan serangan agresif dan konstan ke jantung pertahanan Brazil yang membuahkan 5 gol. Namun di 10-15 menit awal babak kedua, Brazil mendadak bangkit dan mulai melancarkan serangan yang dibangun lewat umpan-umpan pendek antar-lini. Kebangkitan itu diperparah dengan ketidaksiapan lini pertahanan Jerman yang digalang oleh Boateng dan Mertesacker. Setidaknya 4 penyelamatan gemilang dilakukan oleh Neuer, termasuk ketika harus berhadapan one-on-one dengan Oscar dan juga menepis tendangan beruntun dari Paulinho.

Andai saja Neuer tidak menampilkan penampilan yang tidak-kalah-gemilangnya-dari-penampilan-saat-melawan-Prancis tersebut, mungkin Brazil dapat mencuri 2-3 gol lagi dan membuat atmosfer di Mineirao kembali hidup seperti sedia kala. Kesuksesan regenerasi kiper menjadi hal yang patut diacungi jempol dari Timnas Jerman sendiri. Setelah era Oliver Kahn berakhir pasca Piala Dunia 2002, Jerman sempat kewalahan bersama Jens Lehmann. Lalu, Manuel Neuer datang di saat yang tepat untuk mengawal benteng dari der Panzer. Suksesi dari regenerasi kiper die Mannschaft sepertinya juga masih akan terus berlanjut dengan mulai berkibarnya nama Ter Stegen yang masih berusia 22 tahun dan kini akan mulai mempertaruhkan reputasinya di klub kenamaan Spanyol; FC Barcelona.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun