Mohon tunggu...
Fahmi Nouval Dzulfikri
Fahmi Nouval Dzulfikri Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

Seorang penikmat dan pencipta musik yang memiliki ketertarikan dibidang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bahaya Laten Tekanan Sosial dan Pengaruh Media Sosial yang Menghasilkan Kecacatan Berpikir: Membahas Appeal To Popularity

10 Oktober 2023   18:25 Diperbarui: 10 Oktober 2023   18:28 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: PIXABAY

Tekanan sosial dan media sosial memiliki pengaruh yang signifikan pada masyarakat modern. Tekanan sosial dari lingkungan sekitar dan penggunaan media sosial yang semakin meningkat dapat memengaruhi perilaku dan pemikiran seseorang. Beberapa bukti menunjukkan bahwa masyarakat modern berpikir sesuai dengan popularitas, yaitu menganggap suatu pernyataan benar karena banyak orang mempercayainya atau karena pandangan umum. Dalam tulisan ini, akan gue perkenalkan tentang apa itu appeal to popularity, bahayanya seperti apa dan juga cara kita menghindarinya.

Appeal to popularity, juga dikenal sebagai argumentum ad populum, adalah jenis kesalahan logika yang terjadi ketika seseorang menganggap suatu argumen benar karena banyak orang yang mempercayainya atau karena pandangan umum. Ini dapat menyebabkan kesalahan dalam berpikir dan membuat keputusan yang salah. Meskipun sejarah pengaruh popularitas tidak jelas, istilah ini pertama kali digunakan oleh filsuf Yunani kuno, Aristoteles.

Dalam karyanya yang berjudul "Topics", Aristoteles membahas keinginan untuk popularitas. Aristoteles mengatakan bahwa popularitas, atau pandangan umum, tidak selalu benar dan dapat mengandung kesalahan; dia juga menganggap bahwa popularitas dapat digunakan sebagai dasar yang baik untuk membangun argumen, tetapi tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya dasar untuk membuat kesimpulan. Aristoteles juga mengatakan bahwa popularitas dapat digunakan sebagai alat pers.

Appeal to popularity termasuk dalam kategori pathos, atau emosi, dalam teori retorika Aristoteles. Dia mengatakan bahwa emosi dapat digunakan untuk persuasi, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak mengandung kesalahan logika. Aristoteles juga mengatakan bahwa emosi harus didukung oleh fakta dan logika yang kuat.

Sangat penting bagi masyarakat untuk berpikir secara kritis dan objektif dalam menilai suatu hal dan tidak hanya mengikuti pandangan umum atau kepercayaan banyak orang. Karena itu, berpikir secara appeal to popularity dapat menyebabkan beberapa bahaya, seperti kesalahan dalam pengambilan keputusan, tidak kritis dalam berpikir, dan tidak objektif dalam menilai suatu hal.

Di Indonesia, terdapat beberapa kasus di mana masyarakat berpikir secara appeal to popularity. Salah satu contohnya adalah ketika masyarakat memilih pemimpin hanya karena popularitasnya, tanpa mempertimbangkan kualitas dan kapasitasnya sebagai pemimpin. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat dan negara dan hal ini juga merupakan bahaya laten bagi masyarakat itu sendiri.

Lalu, bagaimana langkah dan sikap kita untuk terhindar dari appeal to popularity ini ?. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari appeal to popularity:

Berpikir kritis: Untuk menghindari kesalahan logika, yaitu appeal to popularity, seseorang harus berpikir kritis dan mempertimbangkan argumen secara objektif daripada hanya mengikuti pandangan umum atau keyakinan banyak orang.

Mencari informasi: Mendapatkan informasi yang akurat dan kredibel dapat membantu seseorang menghindari menarik perhatian publik. Memiliki informasi yang cukup dapat membantu seseorang membuat keputusan yang lebih baik dan tidak hanya mengikuti pandangan umum atau kepercayaan banyak orang.

Memeriksa sumber informasi: Memeriksa sumber informasi dapat membantu seseorang menghindari kesalahan logika; informasi yang tidak akurat atau tidak terpercaya dapat menyebabkan keputusan yang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun