Mohon tunggu...
Fahmi Nouval Dzulfikri
Fahmi Nouval Dzulfikri Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

Seorang penikmat dan pencipta musik yang memiliki ketertarikan dibidang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenapa Orang Filsafat Itu Menyebalkan: Membongkar Stereotip dan Prasangka

2 Oktober 2023   08:38 Diperbarui: 2 Oktober 2023   09:19 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bro, lu nyebelin banget, dah"ucap seorang teman kepada saya disuatu diskusi disebuah cafe dibilangan kota Bandung. Statement itu lumayang menyentak hati karena gue berpikir "apa yang salah dari gue ?" yang dilanjutkan dengan lontaran pertanyaan yang sama kepada teman gue itu. "iya lu kayak orang filsafat, bro" kata temen gue sambil meneguk kopi yang ada di depan mejanya.

Kejadian tersebut membuat gue menjadi berpikir dan bertanya, "loh kok kenapa bisa ya, orang filsafat itu dianggap menyebalkan?". sampai akhirnya gue mencari sendiri kenapa hal ini bisa terjadi disebagian orang-orang yang men-judge orang filsafat itu menyebalkan .

Oleh karena itu, artikel ini akan sedikit banyaknya menjelaskan temuan gue tentang beberapa alasan mengapa orang mungkin menganggap filsuf menyebalkan, sambil juga mengeksplorasi mengapa prasangka semacam itu mungkin nggak sepenuhnya adil.

Filsafat adalah disiplin ilmu yang mendalam dan kompleks yang bertujuan untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi, pengetahuan, etika, dan makna. Namun, terkadang ada stereotip dan prasangka yang mengelilingi orang-orang yang memilih jalur ini.

Salah satu alasan utama mengapa orang mungkin menganggap filsuf menyebalkan adalah karena bahasa dan penjelasan yang mereka gunakan seringkali rumit dan penuh dengan istilah filosofis yang sulit dimengerti. Filsuf sering menggunakan bahasa yang sangat teknis dan abstrak, yang dapat membuat orang awam merasa terpinggirkan atau nggak berdaya saat berusaha memahami argumen-argumen mereka.

Namun, perlu diingat bahwa bahasa ini seringkali diperlukan untuk menjelaskan konsep-konsep yang kompleks. Banyak filsuf yang berusaha menyampaikan ide-ide mereka dengan cara yang lebih sederhana dan aksesibel, tetapi kompleksitas subjek filsafat itu sendiri seringkali membuat bahasa yang rumit tidak dapat dihindari.

Filsuf sering menghabiskan waktu mereka mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan abstrak yang tampak jauh dari kehidupan sehari-hari. Misalnya, pertanyaan seperti "Apakah realitas itu?" atau "Apakah kebebasan itu?" mungkin terdengar nggak relevan atau menyebalkan bagi beberapa orang yang lebih mementingkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, penting untuk diingat bahwa banyak pertanyaan filosofis ini memiliki implikasi mendalam terhadap bagaimana kita memahami dunia dan tindakan kita. Filsafat adalah usaha untuk memahami dasar-dasar pemikiran kita, dan pertanyaan-pertanyaan abstrak ini adalah bagian integral dari proses tersebut.

Dalam filsafat, jarang sekali ada konsensus atau jawaban pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan fundamental. Sebaliknya, filsuf seringkali terlibat dalam debat yang tak berujung, di mana setiap argumen mendapat tanggapan, dan setiap tanggapan mendapat tanggapan lagi. Bagi beberapa orang, ini mungkin tampak seperti pemborosan waktu dan energi.

Namun, debat dan ketidaksepakatan adalah bagian penting dari metode filsafat. Mereka membantu mengklarifikasi argumen, mengidentifikasi kelemahan dalam pemikiran, dan mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah-masalah kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun