Gue menyandarkan badan gue dibangku yang kurang lebih 5 menit yang lalu gue duduk disini, gw menikmati hari libur dengan menyendiri disebuh cafe yang bertempat didaerah Blok M, Jakarta Selatan. Sembari meneguk secangkir es kopi susu yang disusul dengan menyalakan rokok gue, lalu menikmati sore sembari memutar musik sakit generiknya harlan boer melalui headphone gue.
Sore ini didominasi para anak muda yang menghabiskan waktu liburnya dengan bercengkrama dengan teman-temannya, berpacaran dan ada juga yang seperinya menyendiri juga kayak gue. Arah mata gue ditertuju pada pakaian setiap anak muda ini, dimana gue tersadar bahwasannya dari mereka ini kebanyakan memakai fashion dari brand luar negeri dan hanya sedikit dari mereka yang memakai fashion brand dalam negeri.
Gue mulai berpikir, kalo kita berbicara tentang Indonesia, negara yang kaya akan budaya dan tradisi tapi disisi lain, Â juga memiliki cinta yang besar terhadap produk luar negeri. Dalam beberapa dekade terakhir, kita telah melihat peningkatan signifikan dalam minat masyarakat Indonesia terhadap produk impor, mulai dari merek pakaian, gadget, makanan, hingga kendaraan.
Fenomena ini menarik perhatian gue sehingga akhirnya memicu sebuah pertanyaan, mengapa orang Indonesia menyukai produk luar negeri dan terkesan mengabaikan brand-brand lokal yang padalah kualitasnya gak beda jauh?
Gue membuka laptop dan mulai menganalisis mengenai fenomena ini, yang mana gue menemukan beberapa alasan kenapa anak muda atau bisa dikatakan orang Indonesia lebih menykai produk luar negeri diantaranya, citra dan status sosial yang terkait dengan produk tersebut.
 Sebagai masyarakat yang masih sangat peduli akan hierarki sosial, memiliki produk impor dari merek terkenal sering kali dianggap sebagai tanda keberhasilan dan status ekonomi yang tinggi. Masyarakat seringkali memandang pemilik produk luar negeri sebagai orang yang sukses, yang pada gilirannya, memacu minat untuk membeli produk serupa.
Selanjutnya, orang Indonesia menganggap produk luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik dan inovasi yang lebih tinggi daripada produk lokal. Hal ini dapat dilihat dalam sektor teknologi, fashion, dan elektronik, di mana merek-merek asing terkemuka seringkali menjadi pemimpin pasar. Masyarakat Indonesia yang ingin mendapatkan produk dengan kualitas terbaik dan teknologi terbaru akan cenderung memilih produk luar negeri.
Dari hal tersebut, produk luar negeri dianggap juga bisa menawarkan beragam pilihan yang lebih luas bagi konsumen. Misalnya, dalam hal pakaian dan fashion, toko-toko dengan merek luar negeri seringkali menawarkan berbagai macam gaya, warna, dan desain yang dapat memenuhi selera beragam. Hal ini menarik bagi konsumen yang mencari variasi dan ingin tampil beda.
Jika dilihat dari sisi lain semisal kita lihat produk , seperti makanan dan obat-obatan, sering kali dipandang lebih aman dan andal ketika berasal dari merek luar negeri yang telah diakui secara global. Persepsi ini mempengaruhi keputusan konsumen Indonesia dalam memilih produk yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Lalu, beberapa orang Indonesia menyukai produk luar negeri karena faktor gengsi. Memiliki barang-barang dari merek terkenal dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mendapatkan perhatian dari orang lain. Dalam budaya di mana citra sosial sangat penting, memiliki produk luar negeri dapat menjadi bentuk ekspresi diri dan penghargaan diri.