Hari libur adalah hari yang dimana gue manfaatkan betul-betul buat istirahat dan juga merilekskan pikiran dari kepenatan kerjaan yang ada. Biasanya gue habiskan waktu libur ini dengan melaundry pakaian, lalu menyeduh kopi hitam dan membuka youtube atau menonton anime yang belum sempet gue tamatkan episodenya.
Disela-sela waktu me time itu, ada sebuah pesan masuk yang rupanya ada dari salah satu temen gue yang ingin menyambangi kosan gw. Langsung gw persilahkan doi buat dateng, karena ada yang mau doi diskusikan dengan gue dan ini penting, katanya.
Singkatnya temen gue sudah sampai dikosan gue, langsung gue suguhkan secangkir kopi dan cemilan seadanya dikosan. Pembicaraan kita dimulai dari pertanyaan yang basic, yaitu "eh, gimana kerjaan lu ?" tanya temen gue sembari membuka jaket kulitnya. "lancar, elu gimana ?" jawab gue yang dilanjutkan dengan nanya balik.
Cukup panjang kita membicarakan kerjaan kita masing-masing dan sampailah pada sebuah topik yang dibuka temen gue mengenai minatnya untuk menjual produk yang dia punya, untuk dijual dimedia sosial dengan cara live streaming, yang mana menjual dengan cara tersebut menurut temen gue ini sangat menguntungkan.
Gue cukup tertarik awalnya, hanya saja ketika kita memutuskan untuk menganalisa bagaimana cara meraih viewers yang ikut live dan gimana cara para host live streaming ini melakukan kegiatan berjualannya, disitulah ada sebuah masalah yang menurut kita cukup mencengangkan.
Masalah bukan datang dari algoritma dan bagaimana cara host live streaming ini bekerja, melainkan dafi harga jual yang sangat-sangat gak masuk akal alias dibawah harga pasar. Dari sinilah pertanyaan timbul, darimanakah produsen-produsen ini mendapatkan barang ? dan mengapa harganya bisa semurah itu ?.
Kita melihat satu barang yang ada dikatalog tiktok shop, dimana ternyata barang-barang murah ini berasal dari negara china. Ini semakin mengerucut dan juga semakin masuk kedalam logika, harga yang dicantumkan dikatalog Tiktok shop bisa lebih murah dibandingkan harga yang semestinya.
Seakan kita dibawa flashback ke sebuah berita, dimana pada saat itu santer dibeberapa headline mengenai project S. yap, ini adalah sebuah langkah dimana sebuah plaform digital e-commerce, yang mana dalam hal ini adalah TikTok Shop, memproduksi serta menjual produk mereka sendiri.
Sebenarnya hal tersebut jauh dilakukan oleh salah satu e-commerce yang berpusat di seattle, washington, Amerika Serikat, yaitu Amazon. Di Indonesia sendiri, Amazon bisa dikatakan sukses, gak heran mereka sampai membuka kantornya di Jakarta pada tahun 2018 dan di bulan Desember 2021 Amazon membangun pusat datanya yang diberi nama AWS (Amazon Web Service).
Mungkin saja TikTok Shop menjalankan Project S ini karena belajar dari Amazon, ditambah lagi masyarakat Indonesia ada diperingkat ke-2 didunia sebagai pengguna Tiktok setelah Amerika. Hal inilah yang memungkin mereka (TikTok Shop) melakukan sebuah terobosan dengan fitur TikTok shop ini di negara kita.