Mohon tunggu...
Fadilla FahmiBaihaqi
Fadilla FahmiBaihaqi Mohon Tunggu... Jurnalis - fahmi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

aku cinta sesama manusia tetapi tida cinta kepada SETAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Lahir Pancasila, Refleksi di Tengah Pandemi

10 Juni 2020   16:07 Diperbarui: 10 Juni 2020   16:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

konsideran menimbang pada Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila yang ditetapkan pada setiap tanggal 1 Juni, disebutkan bahwa pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Republik Indonesia harus diketahui asal usulnya oleh bangsa Indonesia dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi, sehingga kelestarian dan kelanggengan Pancasila senantiasa diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk pertama kalinya Pancasila sebagai dasar Negara diperkenalkan oleh Ir. Soekarno, Anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) di depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, yang dipimpin oleh dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat yang telah menyelenggarakan persidangan pertamanya dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dengan agenda sidang membahas dasar negara Indonesia merdeka.Rumusan Pancasila 1 Juni 1945, rumusan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 hingga rumusan final tanggal 18 Agustus 1945 adalah satu kesatuan proses lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara. 

Oleh karena itu Pancasila benar-benar digali dari nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia, warisan asli Nusantara yang sesuai dengan karakteristik lingkungan alamnya yang di dominasi lautan. Soekarno menyebutnya sebagai Negara Lautan yang ditaburi pulau-pulau yang maknanya sama dengan archipelago, kekuasaan lautan (arch/archi=kekuasaan, pelage/pelagos=lautan). Dimana sifat lautan itu mampu membersihkan, menyerap tanpa mengotori. Dalam buku Negara Paripurna, Yudi Latif mengutip tulisan Muhammad Hatta yang menggambarkan etos kelautan manusia Indonesia itu; Laut yang melingkungi tempat kediamannya membentuk karakternya. Pecahan ombak yang berderai di tepi pantainya dengan irama yang tetap besar pengaruhnya atas timbulnya perasaan yang menjadi semangat bangsa.

Pada bangsa pelaut ini keinginan untuk menempuh laut besar membakar jiwa senantiasa.

Dengan perahunya yang ramping dilayarinya lautan besar dengan tidak mengenal gentar, ditempuhnya rantau yang jauh dengan tiada mengingat takut.

Itulah di antara nilai-nilai ideal Pancasila dalam jiwa masyarakat kita dimana batu ujiannya ada dalam situasi Pandemi Covid-19 saat ini.

Di tengah perekonomian yang nyaris tak bergerak, disaat semua orang dihimbau untuk tetap di rumah, di waktu hampir semua aktivitas ditutup, sehingga masyarakat banyak dipastikan kesulitan, saatnya kita semua bersatu dan bergotong royong dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun