Mohon tunggu...
Fahmi Hasan
Fahmi Hasan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Syari`ah Islamiyah Universitas Al-Azhar Cairo...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Ten Commandments, Perbandingan Kisah Musa dalam Judeo-Christian dan Islam (1)

27 Maret 2012   18:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:23 8145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat kemiripan cerita tentang para Nabi atau raja-raja dalam tiga agama samawi, Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiganya memiliki nama-nama yang mirip beserta cerita yang hampir mirip, namun dengan sedikit perbedaan dalam redaksi cerita tergantung dari sudut apa kita memandang, sebagaimana kisah Abraham (Ibrahim), Jacob (Ya`qub), Joseph (Yusuf), Moses (Musa), hingga Yesus (Isa) `Alaihim as-Salam.

Beberapa saat lalu saya baru menonton sebuah film animasi yang berjudul The Ten Commandments (Promenade Pictures, 2007) yang menceritakan tentang alur kisah perjalanan Moses atau dalam Islam kita kenal dengan nama Nabi Musa As. Film ini berdurasi sekitar satu jam setengah, bercerita tentang kehidupan beliau sejak lahir di negeri Mesir hingga wafat dari sudut pandang Yahudi atau Kristiani, yang memiliki beberapa perbedaan dengan kisah ini dari sudut pandang Islam.

Dalam kitab suci umat Islam, Al-Qur'an, nama Musa setidaknya diulang sebanyak 124 kali. Kisah Nabi Musa adalah kisah yang paling banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an, terdapat di beberapa surat di antaranya: Al-Baqarah 51-73, Al-A`raf 103-160, Yunus 75-88, Thaha 9-98. Dan di sini saya hanya akan membawakan beberapa perbedaan antara film itu dengan sudut pandang Islam.

Kisahnya diawali dengan hal yang sama, yaitu Paraoh (Fir`aun) yang gusar karena bermimpi bahwa ada seorang anak lelaki dari keturunan Israel (Ishaq) yang kelak akan meruntuhkan kerajaannya, hingga akhirnya ia memerintahkan kepada pasukannya untuk membunuh setiap anak lelaki yang lahir dari keturunan Israel. Lalu ibu Musa diberi ilham oleh Allah untuk memasukkan anaknya ke dalam keranjang dan mengalirkannya ke sungai Nil. Dan dengan perlindungan Allah, maka keranjang itu masuk ke dalam pemandian istri Fir`aun dan kemudian ia diambil dan dijadikan anak angkat olehnya.

Lalu film itu menceritakan sedikit kisah masa muda Musa, yang memang tidak dijelaskan secara detail di dalam Al-Qur'an. Masa muda beliau bersama Ramsis, anak kandung dari Fir`aun. Masa muda mereka diwarnai dengan persaingan, Ramsis yang selalu kalah namun dan Musa yang selalu mendominasi setiap persaingan mereka. Namun Fir`aun tetap lebih condong kepada Ramsis, karena memang ialah putra kandungnya.

Kisah berlanjut kepada kisah pembunuhan yang dilakukan oleh Musa. Dalam film ini diceritakan bahwa Musa melihat seorang petugas kerajaan Fir`aun yang berbadan besar sedang menyiksa seorang lelaki tua, lalu Musa datang untuk melerai namun akhirnya terjadi perkelahian antara keduanya, hingga petugas itu mengeluarkan sebilah pisau dan menusukkannya ke dada Musa, namun entah kenapa tiba-tiba Musa bangun dan malah petugas itu yang tertusuk. Kisah ini sedikit berbeda di dalam Al-Qur'an. Dalam Al-Qashash (28:15) disebutkan bahwa Musa melihat dua orang yang berkelahi, satu orang Israel dan satu orang Fir`aun, dan orang Israel itu meminta pertolongan kepadanya. Maka Musa meninjunya dengan satu pukulan, namun dengan satu pukulan itu ternyata membuat orang Fir`aun tadi mati.

Datanglah ayah Musa, Amram, menyuruhnya agar pergi meninggalkan negeri itu, dengan memberikan jubah dan keledai agar ia bisa melarikan diri. Al-Qur'an hanya menyebutkan tentang seorang lelaki, tanpa menyebutkan siapa lelaki itu. Maka dalam hal ini tidak ada pertentangan antara keduanya, bisa saja orang itu adalah Amram, bisa juga bukan.

Lalu ia pergi meninggalkan negeri Fir`aun menuju kota Madyan (Midian), dan bertemu dengan dua orang wanita yang ingin memberi minum gembalaan mereka. Dalam film ini hanya diceritakan bahwa mereka dicegah oleh dua orang lelaki yang tiba-tiba datang lalu merebut giliran mereka, musa menakuti mereka hingga mereka pergi, lalu tiba-tiba saja Musa pingsan tidak sadarkan diri. Namun dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa kedua wanita itu berdiam diri di belakang karena tidak mampu untuk bersaing dengan segerombolan penggembala yang rata-rata adalah lelaki.

Setelah Musa membantu mereka akhirnya ia diajak untuk menemui ayah mereka. Dalam literatur Yahudi dan Kristen, wanita itu bernama Zipora, dan ayahnya bernama Rehuel. Dalam Islam wanita itu disebu Saffura, dan ayahnya disebut Yatsrun, sepupu dari Nabi Syu`aib (Namun ada yang menyebut bahwa ayah mereka adalah Nabi Syu`aib).

Dalam film ini tidak diceritakan kisah pernikahan Musa dengan Saffura, namun hanya diceritakan bahwa Musa mengembalakan kambing, tau-tau ia berpisah dengan Saffura setelah bertemu Allah di puncak gunung (saya baru tahu bahwa mereka telah menikah adalah ketika mereka hendak berpisah). Namun Islam menceritakan perjanjian Musa dengan ayahnya ketika menikahkan Saffura, yaitu dengan perjanjian bekerja selama delapan tahun dan dilengkapi sekalian menjadi sepuluh tahun.

Terdapat sedikit perbedaan dalam kisah Musa mendaki gunung ketika hendak bertemu dengan Allah. Dalam film ini diceritakan bahwa Musa mengejar seekor anak domba hingga akhirnya sampai di puncak gunung. Namun Al-Qur'an menceritakannya berbeda. Yaitu setelah Musa selesai bekerja untuk mertuanya selama sepuluh tahun, ia berjalan bersama keluarganya ketika malam hari di samping bukit Tursina, lalu ia melihat seberkas cahaya api. Ia lalu berangkat menuju cahaya itu dan meminta kepada keluarganya untuk menunggu, dengan harapan ia membawa kabar atau penerangan.

Di atas bukit ia melihat pohon yang terbakar api namun tidak musnah, lalu ia mendengar suara dari Allah yang memerintahkannya untuk melepas sandalnya. Percakapan yang hampir sama tertulis juga di dalam Al-Qur'an, berikut dengan perintah ketika melemparkan tongkatnya ke tanah. Juga disebutkan bahwa Musa kurang memiliki bahasa yang bagus, maka ia meminta untuk ditemani oleh Harun Alaihim as-Salam. Namun tentang mukjizat tangan kanannya, dalam film itu digambarkan seolah tangannya menjadi melepuh dan bernanah, namun dalam Islam disebut bahwa tangannya berubah menjadi bercahaya putih dan bukan karena penyakit.

Dalam film itu digambarkan bahwa setelah mendapatkan perintah dari Allah di atas bukit, lalu ia berpamitan kepada keluarganya untuk pergi ke negeri Fir`aun, dan di tengah perjalanan ia bertemu dengan Harun yang disebut telah bermimpi untuk menemuinya di tempat itu. Namun dalam Al-Qur'an tidak disebutkan kisah di mana dan kapan mereka berdua bertemu.

Fir`aun yang ditemui oleh Musa dan Harun saat itu berbeda dengan Fir`aun yang menjadi ayah angkat Musa. Fir`aun saat itu adalah Ramsis yang mengalami masa muda bersama Musa. Cerita yang sama disebutkan, yaitu ketika musa datang pada pertama kalinya, mengajaknya untuk menyembah Allah dan melepaskan keturunan Israel, ditambah dengan Musa melemparkan tongkatnya lalu tongkatnya berubah menjadi ular. Namun dalam film itu tidak digambarkan kapan Musa memperlihatkan mukjizat tangannya. Dan dalam Islam, Musa disebut mengadakan perjanjian untuk mengadu sihir dengan para penyihir kerajaan dalam suatu pertemuan, hingga ular Musa memakan ular para penyihir itu dan akhirnya para penyihir itu bersujud, bertaubat dan beriman kepada Allah.

Lanjut...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun