Mohon tunggu...
fahmi hakiki
fahmi hakiki Mohon Tunggu... Mahasiswa - tukang sambat

pengen gemuk

Selanjutnya

Tutup

Diary

Gak Tahu Nulis Apaan

1 Juni 2022   22:40 Diperbarui: 1 Juni 2022   22:44 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

            Halo kawan-kawan.. Gimana kabarnya? Semoga tetap diberikan kesehatan dan kekuatan supaya bisa menjalani kehidupan yang menurut saya cukup berat ini. Kembali lagi dalam tulisan saya. Kali ini berbeda dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya. Jika sebelumnya semuanya berisi tentang petualangan saya yang sangat beragam, sekarang saya akan menuliskan tanggapan saya terhadap metode pengajaran guru saya. Jadi, petualangan saya mungkin akan berhenti sejenak.

            Sebenarnya saya sendiri juga bingung untuk memberikan tanggapan seperti apa. Karena sebenarnya saya itu bukan tipe orang yang bisa menjelaskan dengan baik. Saya lebih suka mendengar daripada ngomong. Menulis seperti ini pun juga bukan keahlian saya, bukan hobi saya, ataupun hal yang saya sukai. Dengan demikian, mungkin tulisan kali ini mungkin hanya berisikan apapun yang sedang ada di otak saya hahaha.

            Guru saya atau lebih tepatnya dosen saya yang mengajarkan mata kuliah Kewarganegaraan ini bernama Edi Purwanto,M.Si atau biasa dipanggil Pak Edi ini sebenarnya saya belum begitu mengenal beliau. Karakter beliau, sifat beliau, hobi beliau, kepribadian beliau semuanya saya belum mengenal dengan baik. Maka dari itu saya pun juga bingung harus menilai beliau seperti apa.

            Kebetulan saya sekarang sedang menjalani kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan Perbankan Syariah semester kedua. Pada semester sebelumnya Pak Edi sudah pernah mengajar saya tepatnya pada mata kuliah Pancasila. Dengan kondisi yang masih pandemi maka pada saat itu kegiatan perkuliahan masih dilakukan secara online atau daring.

            Dari semester sebelumnya, cara mengajar Pak Edi itu sama saja. Beliau mengajar dengan metode yang sangat unik. Setiap minggunya beliau rutin memberikan tugas kepada para mahasiswanya dengan tugas untuk membuat artikel. Artikel yang ditulis mempunyai batas minimal 800 kata dan setiap artikel sudah ditentukan temanya oleh Pak Edi. Bagi saya yang memang bukan tipe orang yang bisa menjelaskan sesuatu dengan baik tentu saja tugas seperti ini sangat membuat saya kesulitan. Otak saya harus bekerja secara ekstra untuk bisa menyelesaikan tugas seperti ini. Karena memang bukan kebiasaan saya.

            Pada semester sebelumnya, setelah tema ditentukan, para mahasiswa boleh mencari referensi dari mana saja untuk menulis artikel. Pada saat itu saya belum terlalu keberatan meskipun saya tidak suka menulis. Nah, pada semester kali ini berbeda. Setelah tema ditentukan, para mahasiswa diharuskan mencari referensi dengan melakukan wawancara dalam menggali informasi. Tema-temanya pun sangat unik mulai dari menceritakan seorang teman, menceritakan ibu, menceritakan ayah, toleransi beragama dari sudut pandang agama lain, menggali informasi tentang KPU atau Bawaslu, mencari pelajaran hidup dari orang susah, dan guru ngaji semasa kecil. Sungguh tema yang luar biasa. Luar biasa unik.

            Saya itu kalau bertemu dengan orang baru akan sulit sekali untuk bisa dekat dengan cepat. Karena saya memang cenderung pendiam ketika bertemu dengan orang baru. Saya tidak akan ngomong jika tidak dimulai dahulu. Maka dari itu tugas seperti ini sedikit membuat saya keberatan. Yang membuat saya keberatan disini bukan tentang metode pengajaran beliau, namun karena kepribadian saya yang cukup sulit untuk mengerjakan tugas seperti ini. Dari sinilah manfaat tugas seperti ini baru terasa. Setelah saya sudah menyelesaikan semua tugas yang Pak Edi berikan, saya pun lebih bisa mengambil sikap jika bertemu dengan orang baru dan mengawali pembicaraan meskipun belum bisa lancar dan baik. Banyak juga pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan dalam pengajaran beliau selama ini. Ada banyak ilmu yang tidak dapat ditemukan dalam buku ataupun internet. Saya pun juga lebih mengerti beberapa hal dengan sudut pandang yang lebih banyak. Mahasiswa lainpun saya rasa juga merasakan hal yang sama.

            Dari selama ini yang saya rasakan, saya akhirnya berpikir "Oh.. seperti ini to perkuliahan itu". Sungguh sangat berbeda dengan sekolah. Metode pembelajaran saat sekolah menurut saya membosankan. Kenapa saya anggap begitu? Karena semua metode pembelajaran pada setiap pelajaran itu sama saja. Alurnya sama saja. Guru menjelaskan, kemudian diberikan soal, dan ujian pada tiap akhir bab. Semuanya sama meskipun setiap guru memiliki karakter yang berbeda-beda. Mungkin saya bisa menganggap begitu karena memang saya sering bolos sekolah sih kebetulan hahaha. Bisa saja ada metode yang berbeda yang saya tidak ketahui ketika saya bolos sekolah, saya juga tidak tahu. Tapi selama ini begitulah yang saya rasakan.

            Entah metode pembelajaran unik apa lagi yang akan saya dapatkan kedepannya. Jika ada metode pembelajaran unik yang saya dapatkan, semoga saja saya masih sanggup untuk menyelesaikannya hahaha. Jujur saja, selama saya mengerjakan tugas seperti ini saya tidak bisa menjadi diri saya sendiri. Seakan-akan saya itu menjadi orang lain. Karena saya harus mengubah kepribadian saya 180 derajat. Sangat bertolak belakang dan memang rasanya sedikit risih juga sih.

            Mungkin hanya seperti itulah yang dapat saya tuliskan pada artikel saya kali ini. Saya bingung mau nulis apa hahaha. Mau menceritakan Pak Edi tapi saya juga belum kenal, mau curhat tapi bukan hobi, mau cerita tapi gak pinter ngarang. Seperti inilah jadinya. Saya juga tidak tau apakah tulisan diatas ada manfaatnya atau tidak. Kalaupun tidak ada manfaatnya, semoga masih bisa membuat kalian terhibur. Dan saya mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya terutama kepada Pak Edi yang telah membimbing saya selama ini. Telah memberikan saya pembelajaran yang cukup unik. Juga telah memberikan pengalaman yang berharga dimana baru kali ini saya dapat merasakannya. Terimakasih juga untuk para pembaca yang sudah mau meluangkan waktunya demi membaca tulisan yang sangat biasa ini. Maaf jika ada tulisan yang membuat kurang enak.

Sampai jumpa lagi kawan-kawanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun