Waktu itu langit tak seperti yang diceritakan oleh pujangga cinta, langit sangat muram dan berduka hujan tiada hentinya siang malam berhari-hari hingga tak sempat tanah kering basah lagi oleh hujan demikian juga jemuran. Tiada beda pagi dan sore hari tampak remang jalanan tampak suram juga masa depan jika demikian berlangsung terlalu lama berlarut-larut.
Empat hari lamanya pak yatno tak bisa berjualan putu ayu karena tak diberi kesempatan oleh alam untuk menggais rejeki barang sewaktu. Adonan yang ia bikin ia makan lagi begitu seterusnya selama empat hari selama hujan padahal pada tiap-tiap remasan adonan menyimpan harapan untuk bertahan hidup hanya itulah satu-satunya bakat yang ia miliki selain merangkai doa-doa dalam harap.
Hari kelima, mentari mula-mula tampak sedikit demi sedikit mengintip dari timur. Dari timurlah harapan itu muncul. Keriputnya kulit wajah dan sayupnya kantung mata tampak cerah ceria setelah terkumpul semua upaya untuk membuat karya terbaiknya kue putu untuk dijajakanya.Â
Setelah semua siap bergegaslah pak yatno memakai baju biru marun dan celana hitam kainya sebagai seragam yang itulah ia pakai sehari-hari karena hanya itulah pakaian terbaik kepunyaan pak yatno. Bergegaslah ia mendorong gerobak menuju lorong perumahan kemudian menuju kesekolahan dasar didekatnya.
Ketika peluit putu berbunyi nyaringbak nyanyian jeritan hati yang pilu dan aroma wanginya membongkar mendung. Mulai berdatanganlah para bocah mencoba mendekati untuk menawar membeli. Giranglah hati pak yatno karyanya mulai dilirik dan dinikmati.Â
Rupiah demi rupiah pun mulai terkumpul hingga terasa ringanlah beban gerobak. Yang ada sekarang ialah ia harus kembali pulang sebelum sore mengantikan siang. Dalam perjalanan pulang ia selalu melewati jalan yang sama dan rasa yang sama pula, tampaklah rumah gedong berdiri megah yang disanalah kekasihnya yang dulu sekarang tingal berbahagia dengan kekasihnya yang baru. Rumyati namanya .
Rumyati adalah istri pak yatno 16 tahun yang lalu dan ia pergi karena dipinang oleh juragan ayam kaya raya sebagai isteri ketiga.
Pak yatno telah merelakanya, ia sadar cinta tak bisa kukuh hanya dibangun dengan satu pondasi ketulusan hati, butuh hal yang lain untuk memperkukuh, membangun dan memperindah cinta itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H