Mohon tunggu...
Fahmi Fahmi
Fahmi Fahmi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Peneliti, Senat Akademik

Dosen, Peneliti, Senat Akademik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Campus Agility (Bagian 1)

18 April 2020   23:14 Diperbarui: 18 April 2020   23:10 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masih segar di ingatan kita saat isu revolusi industri 4.0 mulai merebak dengan segala ancaman desruptifnya terhadap dunia perguruan tinggi, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia, yang dibahas sepanjang tahun 2018-2019. Di saat dimana banyak orang memperkirakan perguruan tinggi akan lambat laun tutup jika tidak sanggup merubah kurikulum dan pola pembelajarannya untuk menghasilkan lulusan dengan kompetensi dan skill yang dibutuhkan di era IR4.0. Ancaman akan hilangnya beberapa profesi, termasuk profesi guru dan dosen yang akan tergantikan sistem yang baru. Berat namun dirasakan perlu, perlahan perguruan tinggi mulai melakukan perubahan, secara sadar atau tidak sadar, ada yang terencana ada yang sekedarnya.

Belum juga rampung pembahasan kita terhadap kampus merdeka yang digagas mentri pendidikan baru mas mentri Nadiem Makarim di awal 2020, yang memaksa seluruh pengelola kampus memutar otak mencari terobosan dan melakukan perubahan-perubahan fundamental terhadap pelaksanaan kuliah yang dibebaskan tidak hanya di homebase tetapi dapat juga dilakukan di program studi lain, fakultas lain bahkan univesitas lain, ataupun tidak di kampus sama sekali. Kampus-kampus berfikir keras berupaya mengadopsi pola 5-2-1 atau 6-1-1 menggantikan sistem 8 semester full di dalam kampus seperti yang biasa dilakukan. Kerjasama intra-inter-antar dan ektra kampus, dengan swasta maupun lembaga pemerintah harus dilakukan untuk mendukung kegiatan tersebut. Berat dan dipaksa (walau judulnya merdeka), tapi perlahan perguruan tinggi mulai melakukan perubahan, ada yang cepat ada yang lambat.

Dan sekarang, belum lagi tuntas kedua agenda tersebut, di kuartal pertama 2020 muncul pandemi covid-19 yang meluluhlantakkan seluruh sendi kehidupan masyarakat termasuk juga di dunia kampus. Kebutuhan untuk lockdown, social distancing membatasi ruang gerak dan berkumpulnya orang-orang termasuk melarang kegiatan perkuliahan dan praktikum yang mengumpulkan banyak orang dalam satu tempat. Kampus harus ditutup, bahkan sebelum ancaman revolusi industri 4.0 itu terealisasi. Mahasiswa harus belajar di luar kampus, bahkan sebelum tuntutan kampus merdeka itu sepenuhnya diterima. Dan kondisi ini diprediksi bukan untuk waktu sesaat, sebentar. Tetapi mungkin akan jauh lebih lama mewarnai kehidupan kita, dan semuanya tidak akan sama seperti saat dulu lagi. It’s not gonna be the same. Diprediksi bahkan sampai 1-2 tahun ke depan impact dari pandemi ini akan tetap terasa dan mempengaruhi kehidupan kita. Dan lagi-lagi, kampus, walaupun berat dan kali ini tidak ada pilihan, harus merubah tatanan pelaksanaan kegiatan akademisnya.

Dosen dan mahasiswa dipaksa memulai babak baru perkuliahan online secara full selama 1 semeter, pelaksanaan kegiatan akademis juga dirancang agar bisa dilaksanakan tanpa tatap muka, baik itu perkuliahan dan praktikum sampai kepada seminar proposal ataupun seminar hasil, sidang skrips, thesis maupun ujian terbuka semua dilakukan secara daring. Tidak hanya itu, sembari menata kegiatan internal akademisnya, kampus-kampus juga dituntut untuk memberi sumbangsih karya nyata untuk ikut menghadapi musibah covid-19 yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Dari tiga fenomena tersebut di atas, semuanya hanya dapat diakomodir jika kampus memiliki kemampuan untuk berubah secara gesit. Kampus harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan lincah. Kampus harus sanggup mengadopsi segala tuntutan perubahan, dan itu semua harus dilakukan dengan cepat. Di sinilah istilah kegesitan kampus menjadi satu hal pembeda. Kegesitan, kelincahan kampus atau bisa juga disebut dengan campus agility, menjadi faktor baru yang menentukan peran dan keberadaan kampus di saat ini. Hanya kampus yang memiliki kegesitan – kemampuan berubah dan beradaptasi dengan cepat tanpa menimbulkan kegoncangan berarti di dalam internal dirinya, yang akan dapat menjawab perubahan zaman dan tantangan yang ada. Hanya kampus yang gesit dan lincah yang akan berhasil menjaga kesinambungan kualitas proses akademik di dalam internalnya dan juga di waktu yang bersamaan dapat memberi solusi kepada dunia luar sebagai bagian tanggung jawab akademisnya. Tidak terelakkan, kebutuhan kegesitan kampus saat ini menjadi sesuatu yang niscaya.

F.F.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun