Melihat dari Situasi saat ini semakin menantang manakala interaksi sosial berlangsung secara online termasuk politik. Ada tekanan bagi partai politik untuk ikut berinteraksi dengan rakyatnya di dunia Maya.Â
Sasarannya adalah para kelompok kepentingan, gerakan sosial, aktivis dan kaum muda yang sangat inovatif membangun jaringan sosial berbasis internet. Seiring inovasi itu berkembang pesat, partai politik dituntut untuk lebih cepat beradaptasi, konservatif dan imajinatif dalam desain.Â
Jika tidak, partai politik akan ketinggalan, bisa juga disebut terbelakang. Menarik dari era serba terbuka ini, partai politik pelan-pelan merekrut e-aktivis untuk terlibat dalam aktivitas politik.Â
Cara ini bisa menjadi strategi politik, apalagi Indonesia sedang bersiap-siap menggelar  Pilkada serentak 2020. Sebab, kehadiran internet memberikan mereka kesempatan menciptakan forum untuk memperebutkan modalitas pada pijakan yang lebih mapan.
Keterlibatan dunia online terhadap politik saat ini membuktikan bahwa komunikasi berbasis internet melahirkan komunikasi efektif hal tersebut bisa kita lihat dari penyebaran isu . Meskipun praktis masih berlangsung secara personal, apabila dibarengi Gerakan sosial, tentu tidak memberikan efek yang main-main karena hal ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan politik di Indonesia.
Lihat saja para politisi dan pejabat negara menggunakan flatform media sosial untuk menyebarkan gagasan dan aktivitas kesehariannya. Kemudian disusul partai politik membuat website sebagai sarana promosi profil, gagasan serta kandidatnya dan ternyata situs web memberikan dampak terhadap penguatan pluralisme komunikatif dengan memperluas informasi tentang partai-partai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H