Rabu malam di sebuah gundukkan kapas tak berdaya. Seketika akupun merenung karena retina tak kunjung bisa dibina. Angan pun merosot kembali ke masa lalu yang sepertinya suram. Berusaha membadingkan masa laluku dengan yang lain.
Aku tak seperti mereka yang bersih apalagi suci soal agama.
Aku tak seperti meraka yang cerdas dalam phytagoras.
Tapi, apakah aku tak diizinkan jika hanya ingin behagia ? Menyaksikan sepasang bidadari tersenyum karena seorang yg besar menggeser tali di topi hitam itu.
Tapi apakah aku tak diizinkan jika hanya ingin memberi sehelai daun buatan manusia untuk sepasang bidadari dan sekelilingku ?
Aku sadar diri ini kotor oleh noda-noda duniawi tak terkendali.
Aku sadar diri ini bodoh yang tak mampu lolos dari jebakan perangkap masuk universitas milik pemerintah yang terkenal itu.
Aku.. hanya ingin orang yang rela meminjamkan ruang kecil dalam tubuhnya selama sembilan bulan itu tersenyum bahagia melihatku mampu bertahan hidup dan mempertahankan hidup orang lain. Serta mampu menampar semua kenangan masa lalu yang tak perlu kepedulikan.
Cengkareng | 12.30 | 17/7/13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H