Selain gabus pucung, makanan khas betawi lainnya yang sulit ditemukan saat ini adalah sayur babanci. Padahal, kuliner asli Jakarta tersebut biasa dikonsumsi saat berbuka puasa. Bagi orang-orang tempo dulu, makanan tersebut merupakan primadona selain soto betawi dan kerak telor. Kini keberadaannya semakin langka, bahkan saya dan istri kesusahan mencari sayur ini di beberapa tempat penjualan makanan khas berbuka puasa seperti di Senen dan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Merilik dari sejarahnya, sayur babanci adalah kuliner khas Betawi yang dulu selalu hadir saat perayaan hari besar seperti pernikahan, Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, hingga acara syukuran. Anda pasti penasaran kenapa namanya babanci bukan? Nama unik tersebut disematkan karena sayur ini memiliki perpaduan yang unik antara gulai, kare, dan soto.
Ketidakjelasan padanan bahan pembuat sayur tersebut membuat makanan ini disebut babanci atau waria yang artinya tidak jelas. Tapi beberapa orang menyebut babanci berasal dari kata babah dan enci yang disinyalir dulunya diolah oleh warga Betawi dan peranakan Tionghoa. Sayangnya, sayur ini sangat sulit ditemui.
Selain bumbunya yang sudah langka, kebiasaan orang menyajikan sayur babanci hanya saat hari raya juga turut membuatnya semakin ditinggalkan. Menurut Okezone, sayur babanci hadirnya hanya saat hari raya, sedangkan orang sekarang kalau Lebaran sudah tidak banyak yang mau makan sayur babanci, pilihannya beralih kepada ketupat, rendang dan makanan baru.
Menu khas betawi ini sempat booming di era 60-an, tapi seiring dengan banyaknya pembangunan di berbagai tempat di Jakarta menjadikan salah satu bahan pembuat sayur babanci sulit didapatkan karena lahan tanamnya tergusur oleh pembangunan gedung, restoran, hingga pemukiman. Di masa tersebut, sayur babanci dikonsumsi oleh masyarakat ekonomi level menengah bawah. Kini, beberapa restoran ternama di Jakarta sedang mencoba untuk mengembalikan menu khas betawi tersebut agar kembali di kenal masyarakat.
Dalam sayur babanci juga disertai dengan daging sapi dan disantap dengan potongan ketupat sehingga sering juga disebut ketupat babanci dan biasa disajikan selama bulan puasa hingga lebaran. Alangkah menyenangkannya jika kuliner asli betawi seperti gabus pucung hingga sayur babanci masih bisa kita nikmati untuk berbuka puasa tanpa perlu kesusahan mencari.
Yuk, Lestarikan kuliner asli betawi dan salam kuliner.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H