Mohon tunggu...
fahmi yunisa
fahmi yunisa Mohon Tunggu... -

swasta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman Pertama di Luar Indonesia (Part 1)

8 Mei 2011   04:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:57 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur, inilah kali pertama saya keluar Indonesia. Pergi dari tanah air yang hanya merasakan panas dan hujan, ke negeri yang merasakan 4 macam musim, yaitu Jepang. Tepatnya ke Tokushima, sebuah kota kecil di pulau shikoku. Selama perjalanan dari ngurah rai, denpasar ke kansai, osaka, saya hanya bisa menerka-nerka, bagaimana kondisi Jepang sebenarnya. Kata guru saya dan beberapa orang yang pernah tinggal di Tokushima, orang jepang itu tertib, agak kaku, humble, lebih njawani daripada orang jawa itu sendiri, dan lain sebagainya. Kotanya siy kecil, nyaman, aman, dan lain sebagainya juga. Semua cerita itu membuat saya semakin penasaran.
Setibanya di kansai airport, dimulailah sensasi perbedaannya dengan Indonesia. Pertama kali yang saya lihat adalah cleaning service yang membersihkan lantai,namun dia tidak memegang tongkat untuk mengepel,melainkan memegang kemudi sebuah mobil mini yang didepannya ada kain pel selebar 1 meter. Luar biasa!!! Komentar saya dlm hati. Negeri ini benar2 maju secara teknologi. Tenaga manusia masih digunakan,tetapi energinya dihemat. Benar2 praktis. Selanjutnya, saya menikmati wastafel otomatis, toilet otomatis dan mesin penjual otomatis. Wow, benar2 luar biasa negeri ini. Serba praktis dan nyaman dimana-mana. Namun, apa itu hanya di bandara saja y, pikir saya, mengingat bandara kan tempat berkumpulnya orang2 dari berbagai belahan dunia, jadi harus kelihatan "wah" dong. (ini pikiran saya saat itu, dan ternyata saya salah. Ini tidak berlaku di Jepang, kl di Indonesia mungkin berlaku.hehe..)
Untuk mencapai Tokushima, saya harus naek bus bandara. Saya sempat khawatir,nanti tas saya bisa g masuk ke dalam bus,mengingat saya membawa 2 tas besar dan 1 tas sedang. Dalam bayangan saya,bus bandara nanti seperti bus damri bandara soekarno-hatta, jakarta. Kl seperti itu, waduh, g tau deh tasnya ditaro dimana. Mana perjalanan ke tokushima kira2 3 jam lagi. Wah, g ngerti deh, pikir saya saat itu. Ketika saatnya bus tiba, saya langsung tenang. Mengapa? Karena tas saya masuk bagasi, diberi larcis bagasi juga, dan ternyata kursi penumpangnya luas, seperti bus safari dharma raya kl di Indonesia. Waaah, nyaman nih!! badan saya yang besar dan kaki yang panjang, mendapatkan ruang istirahat yang lebih dari cukup. dengan kondisi badan yang masih lelah dan ruangan bus yang memadai, akhirnya saya pun tertidur pulas selama perjalanan. Hehehe....
Sensasi perbedaan tidak hanya saya rasakan saat tiba di jepang saja. Hari2 berikutnya sensasi itu datang lagi. Yang selanjutnya,tentu saja cuaca. Saya datang ke jepang di awal bulan April, dimana masih awal2 musim semi. Meski teman2 disini bilang kalo ini sudah hangat, tp saya merasakan sangat dingin. Suhu maksimum saat siang hari saja masih 18 derajat celcius. itu siy sama dengan di kaliurang puluhan tahun yang lalu, saat polusi belum merajalela.hehe...kl malam hari suhu udara lebih turun lagi,bisa mencapai 8 derajat celcius. Naaah ini yang kagak tahan!! Hehe...
Dengan cuaca dingin seperti itu,membuat saya kepingin makan saja. Selanjutnya,masalah makan ini jadi sensasi perbedaan. Karena disini bukan negara berpenduduk mayoritas muslim,tentu saja sangat susah mencari makanan yang halal. Terlebih mencari makanan khas Indonesia.hehe..utk amannya,sebaiknya memang masak sendiri. Maska nasi,sayur,dengan lauk tahu,tempe,ikan2an dan hasil laut lainnya. Kl ayam dan daging sapi, alhamdulillah di tokushima ada teman yang jadi pemasoknya. Termasuk bumbu2 dan bahan baku khas Indonesia, seperti indomie (hehe..indomie emang khas lidah Indonesia ternyata). Jadi,meski di negeri orang,dengan memasak sendiri, masi bisa memanjakan lidah dengan cita rasa Indonesia.
Makanan jepang sendiri, utk lidah indonesia, tidak bisa dikatakan enak-enak amat. Mengapa? Karena sebagian besar hambar rasanya. Saya pernah makan di kantin kampus, dengan nasi , sayur hijau dan ikan. Sayurnya hambar, rasanya seperti bukan sayur. cuma seperti dedaunan direbus saja. Ikannya juga begitu. Meski digoreng,tp rasa gurihnya tidak ada. Menurut cerita teman2 disini, masakan jepang memang minim penyedap rasa. Hal itu berkaitan dengan masalah kesehatan. Makanya di jepang banyak sekali manula,krn pola makan selalu sehat sehingga memperpanjang usia hidup. Kl kita di Indonesia kan, kl g pedes g rame.hehe..atw masak.. y ********* (silakan diisi dengan bumbu masak kesukaan masing2).hehe..
Berlalu lintas di jalanan jepang juga tidak mudah,apalagi bagi kita2 yg blm terbiasa dg "aturan" dsini. Baik kendaraan bermotor,mobil dan sepeda motor, bersepeda maupun pejalan kaki, semuanya ada aturannya. Ini dia sensasi perbedaan selanjutnya. Pejalan kaki dan pengayuh sepeda sudah disediakan jalur khusus, yg sangat nyaman, beraspal dan bebas dari kendaraan bermotor yang parkir. Di sini,kendaraan bermotor tdk bisa seenaknya parkir di pinggir jalan. Sejauh pengamatan saya, karena saya disini bersepeda, tidak pernah ada mobil yang diparkir di pinggir jalan, seperti halnya yang sering kita jumpai di Indonesia. Mobil2 selalu parkir di tempat parkir. Karena itu,setiap toko, institusi atw rumah pribadi, harus menyediakan lahan parkir untuk kendaraannya. Makanya,kl bersepeda atw jalan kaki disini akan terasa nyaman sekali.Jalannya mulus,beraspal bagus, tidak ada halangan apa2 lagi. Inilah surga para bikers!! Hehe..
Pejalan kaki dan pengayuh sepeda hrs menyeberang di tempat penyeberangan.Kl di indonesia kita diajarkan untuk menyeberang di zebra cross,di jembatan penyeberangan,atw dimana saja asalkan liat kanan kiri dulu.Kl kosong, boleh menyeberang.(bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun