Mohon tunggu...
Fahmi Irhamsyah
Fahmi Irhamsyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - The Lifelong Learner

Travel Blogger, Travel Preneur, live in the Birmingham United Kingdom, Post Graduate School University State Of Jakarta and Short Course School Of Education University Of Birmingham. Interested in Social Issue, History, Humaniora and Islam II Instagram and fan page @fahmiirhamsyah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Blur Foto dan Kebodohan dalam Bermedsos

11 Februari 2020   16:06 Diperbarui: 11 Februari 2020   16:33 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baca sampai selesai ya...

Ramai di jagad medsos dan media daring tentang fenomena lembaga kemahasiswaan yang memblur foto pengurus wanitanya. Tidak tanggung-tanggung lembaga mahasiswa yang memblur foto pengurus wanitanya adalah kampus-kampus negeri ternama di tanah air yaitu UNJ dan UGM. Bahkan di MIPA UNJ pengurus wanita diganti wajahnya dengan gambar anime.

Publik akhirnya terhasut karena muncul aksi-aksi menghakimi sepihak, hingga muncul statemen seperti "tidak menghargai gender", "menghilangkan peran wanita" dll. Bagaimana sebaiknya kita menyikapi fenomena ini? saya sangat menyesalkan dengan aksi sepihak mereka yang secara tendensius menuduh BEM di UNJ dan UGM menghilangkan "peran wanita" dalam organisasi ini.

Seharusnya orang-orang yang mengeluarkan statement tersebut bertanya dahulu! Apakah ini memang permintaan pengurus wanita atau memang kebijakan diskriminatif pengurus lelaki? Di negara maju seperti Inggris, kita dilarang sembarangan memotret dan mengupload foto-foto orang ke media sosial.

Saat saya mendaftarkan anak ke sekolah di Inggris, kami harus mengisi salah satu form yang pertanyaannya adalah : Bolehkah sekolah mengupload foto anda/anak anda ke media-media sosial sekolah (website, FB, IG, dll). Kita berhak untuk memilih : mengizinkan atau tidak. Hal ini menjadi pertanyaan juga saya melamar pekerjaan di Inggris.

Maka, saat kita menyatakan "tidak bersedia" saat mengisi form atau mengeluarkan statement tersebut. Lembaga sangat menghargai keputusan ini, karena ini merupakan bagian dari privacy. Media-media sosial lembaga tidak akan pernah memposting wajah kita di media sosial. Jika akhirnya memposting maka mereka akan memblurkan atau menutupnya dengan sticker.

Apakah saat lembaga-lembaga ini memblur foto-foto para guru, pegawai, murid dan lainnya berarti menghilangkan mereka dalam sejarah? Tentu tidak! Justru menjadi kesalahan fatal jika lembaga memposting gambar tersebut. Maka, kembali pada fenomena blur foto. Jika ternyata blurnya foto memang permintaan dari para pengurus wanita, maka tidak ada yang salah! BEM di UNJ dan UGM, anda berada pada jalan yang benar. Inilah etika dalam bermedsos. Tidak usah pedulikan mereka yang masih bodoh dalam bermedsos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun