Pesta demokrasi dalam rangka menentukan wakil pilihan Rakyat pada 9 April 2014 baru saja usai, namun gegap gempita dan rasa penasaran masih menyelimuti banyak politisi yang terlibat dalam perhelatan akbar tersebut hingga pengumuman KPU bulan Mei mendatang. Hasil Quick Count kini menjadi perbincangan hangat di banyak media. Meskipun TPS di beberapa daerah seperti Bogor, Banten dan Surabaya akan melakukan Pemilu ulang karena masalah teknis, namun menurut analisis penulis hasil akhirnya hanya akan mempengaruhi sekitar 0,8 % perolehan suara nasional. Artinya tidak akan terlalu berpengaruh signifikan pada data Quick Count yang nyaris 100% ini.
Berdasarkan data yang masuk dari banyak lembaga Survey ada satu partai yang menarik untuk kita bahas yakni PKB. Berdasarkan hasil survey CSIS per tanggal 10 april 2014, PKB mendapatkan suara 9. 20%, perolehan ini menempatkan PKB pada posisi ke-lima partai pemenang pemilu setelah PDIP, Golkar, Gerindra dan Demokrat, hasil ini juga secara otomatis menempatkan PKB pada posisi pertama Partai dengan basis Massa Islam. Bagi sebagian besar pengamat jelas data ini menunjukkan peningkatan luar biasa karena PKB pada tahun 2009 hanya memperoleh 4.95%. mengapa bisa demikian? Selain disebabkan oleh banyaknya Politisi yang terjerat Kasus Korupsi sehingga banyak Massa Mengambang kembali berterbangan dalam pemilu 2014 ini. Menurut hipotesis penulis ada 3 alasan utama yang bisa menjawab fenomena PKB dalam pemilu 2014 ini.
Pertama, Merapatnya kembali kelompok Nahdiyyin. Nahdatul Ulama sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia memang seharusnya menjadi perhitungan dalam konstelasi politik nasional, belakangan dengan “lihai” basis cultural PKB ini kembali direkatkan dengan membentuk paradigma para Kyai NU.
Publik mengetahui pada bulan Februari 2014 Hasyim Muzadi mengundang 300 tokoh Kyai NU ke Depok serta menghadirkan Jusuf Kalla dan Mahfud MD, ekskalasi ini pun kemudian ditutup dengan bermunculannya iklan dari tokoh NU yang memberikan dukungan pada Mahfud MD. Jelas hal ini memberikan pengaruh pada publik yang sesungguhnya telah “terikat” secara ideologis dengan PKB untuk “pulang kampung”.
Kedua, Konsistensi Muhaimin Iskandar. Jiwa muda dan kreatifitas Cak Imin harus diacungi dua Jempol. Sadar dirinya belum mampu menjadi Magnet Electoral, Cak Imin tidak sesumbar ingin mengajukan diri sebagai Calon Presiden dari PKB meskipun memegang posisi sebagai ketua umum partai, sebaliknya dengan konsisten Cak Imin selalu menjawab pertanyaan wartawan bahwa PKB mendukung Pencapresan Rhoma Irama, JK, dan Mahfud MD. Selain itu pula dengan konsisten Cak Imin melakukan Anjangsana pada basis cultural Nu, yakni para alim Ulama dan pimpinan Pondok Pesantren yang disegani di akar rumput.
Ketiga, kemunculan Magnet Electoral baru. Bergabungnya Bos Lion Air ke PKB jelas memberikan benefit berupa kekuatan financial dan figuritas elite baru PKB. Namun penokohan JK, Mahfud MD dan Rhoma Irama juga tidak dapat dikesampingkan sebagai salah satu faktor meningkatnya suara PKB, sebab Figur JK, Mahfud MD dan Rhoma telah menjadi Magnet Electoral yang menarik berbagai level sosial di Masyarakat.
Jusuf Kalla menjadi magnet bagi kalangan pengusaha dan akademisi, Mahfud MD yang memiliki track record bersih menjadi daya tarik bagi kalangan Birokrat. -Meskipun belakangan Akil Mochtar mencoba memberikan stigma negatif pada Mahfud MD namun hal ini tidak banyak mempengaruhi persepsi publik-. Rhoma Irama tentunya menjadi daya tarik bagi masyarakat di akar rumput. Bagaimana tidak, jika partai-partai lain hanya mampu menghadirkan pedangdut ibu kota, PKB mampu meghadirkan Raja Dangdut yang telah diakui secara internasional.
Terlepas dari seluruh hipotesis yang ada tentang kebangkitan Partai Kebangitan Bangsa, kini Bola berada di tangan PKB. Akankah PKB mengikuti koalisi mainstream yang telah terbentuk? Atau akan membentuk koalisi keummatan sebagaimana Amin Rais yang menjadi inisiator poros tengah bersama partai berbasis Massa Islam lainnya dalam rangka memunculkan Gusdur dan menghalau laju PDIP sebagai pemenang Pemilu 1999 yang mengusung Megawati. Publik menanti sikap PKB hingga pencalonan capres 16 Mei 2014 mendatang. Bravo PKB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H