Siapakah guru yang kita idamkan dulu saat kita sekolah? Siapakah guru yang menjadi teladan hingga kita menjadi guru saat ini? Dan, bagaimanakah guru-guru yang kita idolakan di atas masih dapat terkenang sepanjang hayat kita? Tentunya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan berbeda pada setip orang. Namun sejatinya, pastilah guru yang dikenang adalah guru yang memberi dampak kepada kita pada saat mendidik.
Mari kita tinjau makna dari pendidikan menurut Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara. Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (Dasar-dasar Pendidikan, 1936). Betapa tinggi nilai makna dan betapa mulia guru yang berhasil mencapai tujuan pendidikan ini. Kodrat seorang anak adalah memiliki potensinya sendiri, bakat dan minatnya yang diperoleh sejak dia lahir dan kemudian berkembang sesuai lingkungannya. Lingkungan anak sangat didukung oleh alam dan jamannya, dimana dia ting gal, potensi daerahnya, serta kemajuan budaya teknologi yang ada menjadikan modal utuh seorang anak untuk bekembang.
Seorang guru yang mampu melihat, memahami dan dapat mewujudkan semua potensi kodrat yang ada pada seorang murid lah yang kelak akan terkenang sepanjang hayat? Mengapa demikian? Karena guru tersebut pasti akan mengerahkan upayanya agar dapat memenuhi semua kebutuhan kodrat murid-muridnya. Melalui apa? Melalui pembelajaran kreatif yang menyenangkan bagi murid-muridnya. Bayangkan jika anda memiliki 32 orang murid di kelas anda dengan berbagai keragaman potensi. Apa yang akan anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka? Pasti anda akan berpikir keras setiap harinya kegiatan pembelajaran apa yang akan diberikan pada hari itu, bagaimana anda dapat memenuhi keragaman potensi yang ada?
Di atas juga disebutkan bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah membuat murid bahagia, baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Oleh karenanya, di dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru, seyogyanya guru senantiasa mengajak murid-muridnya kepada pembelajaran yang menyenangkan. Tentunya bukan sekedar pembelajaran yang "hanya" senang-senang saja kegatannya, tetapi merupakan pembelajaran bermakna yang bahkan murid tidak menyadari bahwa pada kegiatan menyenangkan yang diberikan guru, membuat mereka belajar.
Guru yang dapat membuat pembelajaran menyenangkan dan memenuhi kebutuhan kodrat murid-muridnya, pastilah seorang guru yang kreatif dan akan menjadi idaman. Betapa tidak, setiap hari guru akan membuat variasi kegiatan pembelajaran, mungkin juga mengadakan ice-breaking di sela-sela kegiatan belajar atau bahkan mengadakan yel-yel, menyanyi dan menari bersama murid-muridnya. Jika anda berada di kelas seperti ini, tentu tidak akan merasa bosan kan? Murid akan mendapat pengetahuan yang bermakna, terpenuhi kompetensi sosial emosionalnya dan mendapat ruang untuk mengembangkan potensinya.
Â
Sean Slade, produser rekaman sekaligus insinyur asal Amerika, mengatakan dalam The Answer Sheet Washington Post, bahwa kesenangan tidak hanya bermanfaat untuk belajar tetapi, menurut banyak laporan, diperlukan untuk pembelajaran otentik dan memori jangka panjang. Oleh karenanya guru yang kreatif amat diperlukan untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan.
Seperti pendapat (Soekartini, 1995) dari bukunya yang berjudul Meningkatkan Efektivitas Mengajar bahwa mengajar itu adalah seni (art), karena mengajar itu membutuhkan inspirasi, intuisi, dan kreativitas. Kreatif adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang (atau kelompok orang) yang memungkinkan mereka menemukan terobosan baru dalam menghadapi situasi atau masalah tertentu yang biasanya tercermin dalam pemecahan masalah dengan cara yang baru atau unik, berbeda, dan lebih baik dari sebelumnya (Agus S. Madjadikara, 2005).Maka, guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka membina dan mendidik siswa dengan baik. Karena guru yang cerdas dan kreatif akan melahirkan output siswa yang cerdas dan kreatif juga.
Guru yang kreatif bukanlah guru yang mendominasi pembelajaran, namun memberikan ruang yang luas bagi murid-muridnya untuk mengembangkan diri, mengedepankan "student agency" dan memajukan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang berpihak pada kodrat murid. Bagaimana memulainya? Mulai dari menjadikan diri pribadi yang menyenangkan, selalu ingin mencoba hal baru dan belajar mengembangkan diri, pandai memanfaatkan asset/potensi yang ada, adalah modal untuk menjadi guru yang kreatif. Guru kreatif yang diidamkan murid. Yang dikenang sepanjang hayat. Yuk, menjadi guru kreatif demi keselamatan dan kebahagiaan murid-murid kita.
Referensi :
Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937