Pendidikan merupakan proses belajar yang mana di dalamnya terdapat orang yang dididik dan mendidik. Dididik maksudnya orang tersebut menerima materi, diarahkan, dan dimotivasi untuk mampu berpikir kritis menyelesaikan masalah. Sedangkan mendidik maksudnya adalah orang yang memberikan materi, ilmu pengetahuan, mengajarkan sikap dan perilaku yang baik kepada orang yang dididik.
Pengetahuan tentang mendidik sebenarnya sudah banyak diajarkan di sekolah, perguruan tinggi, buku-buku ilmiah pendidikan dan lingkungan sekitar yang ada  proses belajar. Disetiap ceramah atau seminar pendidikan pun pengetahuan mendidik sering kali diajarkan oleh mereka yang ahli dibidangnya. Teori-teori dan hasil penelitian juga banyak yang membahasa perihal mendidik. Namun ada beberapa persoalan yang membuat hati ini bertanya-tanya apakah benar guru sudah mendidik siswa dengan baik?
Pertanyaan ini sebenarnya menjadi pemantik bagi kita semua terutama guru. tidak hanya guru, orang tua wali siswa yang menyekolahkan akan mereka di sekolah negeri atau favorit pun juga berpikir demikikan. Alhasil banyak dari mereka ingin menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah favorit demi mendapatkan prestasi yang unggul.
Sejarah mencatat keberhasilan mengajar bukan ditentukan siswa, tetapi oleh gurunya. Ini tentunya menjadi tantangan serius bagi seorang guru. Mendidik siswa bukan hal yang mudah, karena terdapat beban moral yang berat. Guru harus bisa mengarahkan siswa untuk belajar giat. Â Guru juga dituntut untuk bisa mencetak siswa berprestasi dan memiliki moral yang baik. namun terdapat kendala yang dihadapi guru dalam mengajar. Salah satunya adalah tidak semua siswa itu sama karena dalam satu kelas yang berisi sepuluh siswa itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda. Disitulah salah satu kendalanya, oleh karenanya guru harus bisa membaca setiap karakter siswa dan keingian siswa tersebut dalam belajar. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru yang harus memiliki kesiapan mental dan niat yang kuat.
Kesiapan tersebut harus bisa dibuktikan. Seorang guru yang baik harus memberi contoh teladan bagi siswanya. Guru harus bisa memberi rasa nyaman bagi siswa. Ibarat kata "ngemong" yang artinya momong menjadi orang tua kedua bagi mereka. Jika sifat ngemong ini sudah menyatu dalam jiwa guru maka akan timbul rasa melas. Guru yang memiliki rasa melas akan memiliki tanggung jawab tinggi untuk mendidik.
Kesadaran dan pengahayat harus segara dipupuk. Diperluas hatinya dan pemikiranya bahwa "saya memiliki anak yang harus dibantu supaya pandai". Kalimat itu yang seharusnya menjadi motivasi tersendiri bagi guru. Jangan seolah-olah mereka hanya anak orang lain yang tidak harus diajari sampai bisa, atau karena upah minim menjadi kurang semangat dalam mendidik.
Terlepas dari itu semua, beban moral siswa adalah tanggung jawab kita sebagai guru. Guru yang ikhlas dalam mendidik akan tertanam rasa melas dihatinya. Jika sudah memiliki rasa melas, maka sifat keibuan akan menyatu dalam dirinya sehingga ketika mengajar akan tercipta rasa nyaman. Jika rasa nyaman sudah ada proses pembelajaran di kelas akan berhasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H