Mohon tunggu...
Fahliza Syahira
Fahliza Syahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak, menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Bahasa Indonesia

12 April 2024   07:00 Diperbarui: 12 April 2024   11:22 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa resmi dan satu-satunya bahasa persatuan yang mendukung integrasi antara masyarakat dari berbagai suku, agama, ras dan budaya di Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol identitas dan budaya bagi warga negara Indonesia. Meski demikian, Bahasa Indonesia juga menghadapi sejumlah problematika yang perlu diperhatikan. Problematika tersebut mulai dari penulisan sampai pengucapannya. Dalam berbahasa Indonesia terdapat juga kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan- penyimpangan berbahasa yang dilakukan oleh seseorang secara sistematis dan konsisten. 

Kesalahan berbahasa muncul dikarenakan beberapa faktor, yaitu: tidak menggunakan tata bahasa yang benar, tidak menggunakan tata bahasa yang sesuai situasi, dan menerjemahkan istilah asing sesuka hati. 

Terdapat beberapa problematika dalam bahasa Indonesia, yaitu:

1. Problematika bahasa Indonesia dalam tataran fonologi meliputi: (a) perubahan fonem, (b) penghilangan fonem, dan (c) penambahan fonem (Setyawati, 2010: 23). Problematika Bahasa Indonesia dalam tataran fonologi di kalangan masyarakat, yang berbentuk sebuah sepanduk yang bertulisan "Berkwalitas", dan kata itu merupakan kata yang salah dan tidak ada di kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Dengan demikian sepanduk tersebut bisa diganti dengan kata "Berkualitas" untuk menjadi kata yang benar.

2. Problematika Bahasa Indonesia dalam tataran morfologi meliputi penempatan afiks yang tidak tepat pada gabugan kata. Pada kata "di" dan kata "larang" itu harus serangkai dengan prefiks yang melekatnya. Oleh karena itu pembenaran dalam papan pemberitahuan di atas dapat dilakukan dengan cara mengubah bentuk tulisan menjadi "dilarang parkir di depan pintu".

3. Problematika Bahasa Indonesia dalam tataran Sintaksis adalah kesalahan dalam penggunaan kata atau kalimat yang tidak tepat. Contoh "ayah sedang baca buku diruang tamu". Kalimat tersebut merupakan contoh dari problematika bahasa indonesia dari pengaruh bahasa daerah, khusunya pada penghilangan imbuhan, karena pada kalimat tersebut kurangnya kata imbuhan yaitu "mem" untuk kata "baca". dengan demikian kalimat tersebut bisa diperbaiki menjadi kalimat "ayah sedang membaca buku diruang tamu".

4. Problematika Bahasa Indonesia dalam tataran Semantik meliputi tidak dapat menjelaskan makna yang dimaksud pembicara atau penulis, tidak dapat menggunakan kata-kata dalam kalimat sesuai dengan makna dan fungsinya, tidak dapat menyebutkan sinonim dan antonim kata yang memang pasangannya (Tarigan dan Sulistyaningsih, 1998).  Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip, penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan sehingga menimbulkan perubahan makna kalimat ( Setyawati. 2016).  Contoh:"Saya membeli sebuah topi baru yang merah, dan itu membuat saya merasa berjalan di atas awan." Kalimat yang benar adalah "Saya membeli sebuah topi baru yang nyaman, dan itu membuat saya merasa senang." Dalam kesalahan ini, penggunaan kata "merah" sebagai pengganti "nyaman" tidak sesuai dengan konteks. Kata "merah" seharusnya digunakan untuk menggambarkan warna topi, bukan memberikan kesan tentang kenyamanan. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat kata baku dan tidak baku. Masih banyak orang yang tidak dapat membedakan kata baku dan tidak baku, seperti kata baku "ijazah" dan tidak baku "ijasah". 

Dalam Bahasa Indonesia terdapat penggunaan tanda baca yang masih salah penempatannya. Tanda tanda baca seperti tanda tanya (?), tanda seru (!) yang salah digunakan pada sebuah kalimat.

Dalam Bahasa Indonesia juga terdapat penyuntingan dalam sebuah naskah. Pada proses penulisan sebuah karya tulis sering ditemukan kesalahan dalam penulisan. Maka dari itu harus melakukan proses menyunting atau mengedit dalam sebuah karya tulis agar tidak terjadi kesalahan kata atau kalimat pada karya tersebut. Menjadi seorang penyunting harus memiliki keahlian dan wawasan yang tinggi tentang tata bahasa dan ejaan yang benar dalam Bahasa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun