Indonesia tengah menghadapi perubahan demografis yang signifikan. Populasi lansia terus meningkat dan diperkirakan akan mencapai 17,1% dari total penduduk pada tahun 2030 (berdasarkan data WHO yang dikutip oleh Kementerian Kesehatan RI, 2013). Â Fenomena ini menghadirkan tantangan baru dalam perawatan lansia dan memunculkan dilema bagi keluarga dan pemerintah. Â Salah satu pilihan yang semakin dipertimbangkan adalah menempatkan lansia di Panti Werdha. Â Namun, keputusan ini ternyata jauh lebih kompleks daripada yang terlihat sekilas.
Tradisi menghormati dan merawat orang tua di rumah masih sangat kuat dalam budaya Indonesia. Data dari Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2018 menunjukkan bahwa 60,71% lansia masih menjadi kepala rumah tangga yang menunjukkan peran aktif dan sentral mereka dalam struktur keluarga. Namun, realitas kehidupan modern, dengan tuntutan pekerjaan yang tinggi, gaya hidup serba cepat, dan mobilitas keluarga yang tinggi, membuat banyak keluarga kesulitan untuk menyediakan perawatan penuh waktu di rumah bagi para lansia. Â Hal ini mendorong banyak keluarga untuk mempertimbangkan alternatif perawatan lain, yakni Panti Werdha.
Studi yang dilakukan Julianti dan Munabari (2024) mengenai keputusan keluarga dalam menempatkan lansia di Panti Werdha, khususnya di kalangan keluarga kelas menengah atas di perkotaan, telah mengungkapkan beberapa faktor kunci yang mempengaruhinya. Â Salah satu faktor utama adalah keinginan lansia untuk memiliki privasi dan otonomi yang lebih besar. Â Banyak lansia merasa lebih nyaman dan mandiri jika tinggal di lingkungan yang lebih terstruktur dan menyediakan fasilitas khusus bagi mereka. Hal ini menjadi sebuah kebutuhan yang mungkin sulit dipenuhi dalam kehidupan keluarga yang padat dan ramai.
Studi tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan preferensi antara lansia pria dan wanita. Lansia pria cenderung lebih menekankan keinginan akan kebebasan dan terbebas dari keterlibatan dalam urusan keluarga anak-anak mereka. Mereka merasa lebih nyaman menjalani masa tua dengan lebih banyak kebebasan dan ruang personal. Sementara itu, lansia wanita seringkali memprioritaskan privasi dan menghindari beban bagi anak-anak mereka yang sudah memiliki kesibukan sendiri.
Selain aspek emosional dan kebutuhan akan privasi, pertimbangan finansial juga memainkan peran yang sangat penting. Â Biaya perawatan di Panti Werdha bervariasi, mulai dari yang relatif terjangkau hingga yang sangat mahal, bergantung pada fasilitas dan layanan yang ditawarkan. Â Terdapat Panti Werdha yang fokus pada segmen kelas menengah atas serta menawarkan layanan yang lebih lengkap dengan fasilitas yang lebih modern. Keluarga perlu mempertimbangkan kemampuan finansial mereka secara cermat sebelum memutuskan untuk menempatkan orang tua mereka di Panti Werdha.
Proses pengambilan keputusan ini juga melibatkan pertimbangan moral dan emosional yang kompleks. Â Rasa hormat, tanggung jawab, dan kasih sayang kepada orang tua tetap menjadi pertimbangan utama. Â Seringkali, keputusan ini merupakan hasil dari negosiasi dan kompromi yang panjang di antara anggota keluarga. Proses ini melibatkan penimbangan berbagai aspek, mulai dari kondisi kesehatan lansia, keinginan lansia itu sendiri, dan kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan.
Meskipun ditempatkan di Panti Werdha, dukungan keluarga tetap krusial bagi kesejahteraan lansia. Â Dukungan ini dapat berupa dukungan finansial yang di beberapa kasus mencakup biaya bulanan hingga 3 juta Rupiah dan biaya tambahan untuk perawatan medis dan keperluan lainnya. Â Dukungan juga dapat berupa dukungan praktis dalam mengurus keperluan sehari-hari, kunjungan rutin, hingga dukungan emosional dan komunikasi yang tetap terjalin. Â Namun, pola komunikasi dan frekuensi kunjungan seringkali berubah setelah lansia menempati Panti Werdha.
Pemerintah juga memiliki peran yang sangat penting dalam menyediakan layanan perawatan lansia yang memadai. Â Peningkatan jumlah Panti Werdha dari 186 pada tahun 2002 menjadi 444 pada tahun 2010 (data dari Kementerian Sosial RI) menunjukkan peningkatan kesadaran akan kebutuhan fasilitas ini. Namun, pemerintah harus memastikan ketersediaan Panti Werdha yang berkualitas dan terjangkau di berbagai daerah, standarisasi layanan, pengawasan terhadap kualitas perawatan serta dukungan finansial bagi keluarga kurang mampu yang ingin menempatkan orang tua mereka di Panti Werdha. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua lansia, tanpa memandang latar belakang ekonomi, mendapatkan perawatan yang layak.
Keputusan menempatkan lansia di Panti Werdha merupakan dilema yang kompleks dan melibatkan berbagai pertimbangan. Â Menimbang antara tradisi, modernitas, kemampuan finansial, dan aspek emosional menjadi kunci dalam pengambilan keputusan ini. Â Dukungan keluarga yang konsisten dan peran pemerintah yang aktif dalam menyediakan layanan berkualitas dan terjangkau sangat penting untuk memastikan kesejahteraan lansia di Indonesia. Â Lebih dari sekedar tempat tinggal, Panti Werdha diharapkan dapat menjadi rumah kedua bagi lansia, tempat mereka merasa aman, nyaman, dan terpenuhi kebutuhannya.
NB. Tulisan ini diolah dalam bentuk artikel blog dari paper yang ditulis Julianti dan Munabari (2024) berjudul "Navigating the Choice: Family Decision-Making for Elder Care in Urban Indonesia's Panti Werdha" diterbitkan oleh Jurnal Simulacra (Terakreditasi Nasional Sinta 2). https://journal.trunojoyo.ac.id/simulacra/article/view/27247
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI