berpakaian syar'i di anggap kurang relevan dengan tantangan zaman dan perkembangan sosial saat ini. Kritik terhadap kewajiban ini sering kali di dasarkan pada pertimbangan kebebasan individu, dinamika budaya, dan persoalan praktis sosial.
Di era sekarang pakaian muslimah, meskipun diakui sebagai ekspresi keimanan, kerap menjadi topik yang menuai perdebatan dalam konteks modernitas. Bagi sebagian kalangan, kewajiban
Prinsip dan aturan berpakaian muslimah didasarkan pada ajaran menutup aurat, yang sering kali diartikan sebagai kewajiban mengenakan hijab atau pakaian longgar. Namun, prinsip ini dianggap terlalu kaku oleh sebagian pihak, seperti di media sosial, misalnya, sering kita jumpai tren pakaian ketat yang dipadukan dengan hijab. Fenomena ini menjadi normalisasi gaya berpakaian yang tidak sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai syariat. Rasulullah SAW sendiri telah memperingatkan dalam sebuah hadis: "Para wanita berpakaian tetapi telanjang, berlenggok-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium dari jarak perjalanan yang sangat jauh."(HR. Muslim). Pesan ini menekankan pentingnya menutup aurat dengan benar dan menghindari pakaian yang menarik perhatian secara berlebihan.
 Salah satu Tantangan Berpakaian muslimah di zaman sekarang adalah pengaruh budaya global. seperti yang kita ketahui gaya berpakaian di era ini didominasi oleh tren barat yang sering kali di anggap kurang sesuai dengan prinsip pakaian syar'i. Hal ini dapat menimbulkan dilema bagi muslimah yang ingin mengikuti mode tetapi mematuhi ajaran agama.
 Meningkatnya industri busana muslimah memberikan pilihan yang lebih luas, tetapi juga dapat menyebabkan pergeseran nilai. dengan munculnya model busana yang dianggap berlebihan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Padahal sudah di jelaskan di dalam Al Quran untuk berpakaian yang menutup aurat dengan benar, Allah berfirman dalam surah Al ahzab ayat 59 yang artinya "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."
Dengan demikian, berpakaian muslimah di zaman sekarang adalah tantangan yang memerlukan keseimbangan antara menjalankan prinsip agama, mengikuti dinamika sosial, dan mengekspresikan identitas diri. Dengan pemahaman yang mendalam tentang syariat, kreativitas dalam budaya, serta dukungan komunitas, muslimah bisa dapat terus mempertahankan nilai-nilai agama dalam berbusana tanpa kehilangan relevansi di tengah arus modernitas. Pilihan untuk berpakaian longgar dan syar'i adalah bentuk ketaatan individu yang patut di hormati, sekaligus cerminan keberagaman dalam masyarakat global yang semakin kompleks.
Sumber:
1.(Muslim) dari sahabat "Para wanita berpakaian tetapi telanjang, berlenggok-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium dari jarak perjalanan yang sangat jauh."(HR. Muslim No. 2128).
2.Seperti disebutkan dalam firman Allah Q.S. Al-Ahzab(33):59 "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H