Dalam dunia pendidiakan keterampilan mengajar sudah pasti sangat dibutuhkan oleh tenaga pengajar.
Namun sayangnya, kebanyakan sekolah menerapkan keterampilan dalam belajar yang sama, sehingga tak mencoba untuk melakukan hal lain dalam pembelajarannya. Sehingga banyak siswa yang sering merasa bosan dengan metode pembelajaran yang melulu dengan cara pengajaran yang sama.
"Apa kalian sudah faham ?"
Kalimat ini yang sering terlontar dari lisan pengajar dan akan merasa terbalas jika dari semua siswa mengatakan "Faham bu/pak" sehingga kembali melanjutkan materi yang lain.
Jujur, sebagai seorang pengajar sendiri saya juga merasakan hal demikian. Akan merasa siswa saya faham dengan mereka mengatakan kata faham. Setelah beberapa kali saya fikir dan telaah kembali. Kata faham yang mereka katakan belum tentu menjadi penentu akan mereka faham atau tidak akan materi yang saya sampaikan.
Tentang EL atau Experiental Learning
Pembelajaran yang mengandalkan akan pengalaman yang digabungkan dengan pengetahuan dan keterampilan ini mungkin akan menjadi salah satu jalan alternatif dimana anak-anak sudah merasa bosan akan pembelajaran di dalam kelas.
Menurut Asociation of Experiential Education (AEE) definisi Experiental Learning adalah pembelajaran dimana pengalaman dan tantangan menjadi penekanan yang dilakukan dengan refleksi. Dalam EL lebih mengutamakan pengalaman sebagai media belajar. Sehingga siswa mengerti dengan sendirinya akan sebuah ilmu atau materi dari pengalamannya tersebut.
Salah satu contoh penerapan El atau Experiental Learning ini adalah outbound atau kegiatan di luar kelas yang bertujuan untuk pengembangan diri (self development)
Kebanyakan dari kegiatan seperti ini anak akan lebih cepat menangkap dan memahami apa yang bisa mereka ambil dari kegiatan di luar kelas mereka. Dan ini sudah pasti sangat berguna untuk semua siswa.