Mungkin agak sedikit aneh memanggil mereka dengan sebutan stranger...
Sekolah kedokteran merupakan komponen penting dalam negara ini, sebab disinilih tenaga medis yang akan memenuhi kebutuhan dalam negeri dididk dan dilatih. Hal serupa juga terjadi negara lainnya, hal yang menjadi alasan kenapa sekolah kedokteran menjadi sekolah yang paling susah dimasuki oleh mahasiswa asing dinegara tersebut. Bahkan di universitas swasta yang mana biaya pendidikan tersebut tidak disubsidi oleh negara.
Berbeda dengan yang terjadi di negara kita, dimana sejak beberapa tahun silam beberapa perguruan tinggi (kebanyakan negeri) mulai berlomba untuk menerima mahasiswa asing, dengan alasan mengejar status world class university. Tidak tanggung-tanggung, jatah dari tahun ketahun semangkin meningkat bahkan bisa mencapai 20% dari total mahasiswa baru yang diterima. Okelah mereka membayar dengan dana yang lebih, total biaya pendidikan di bayar full tanpa ada subsidi dari pemerintah. Selain itu juga dibukanya kelas internasional yang sebagaian besar juga diisi oleh mahasiswa asing dianggap sebagai salah satu bentuk cara menuju gelar tersebut, dengan pengajar yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa penatar kuliah.
Masalah kemudian muncul pada tahap pendidikan profesi dimana pendidikan dijalankan 90% di klinik (baca Rumah Sakit) dimana pendidikan dilakukan di rumah sakit pemerintah yang disubsidi oleh negara. Bahkan rumah sakit pendidikan milik universitas negeri pun masih disubsidi oleh negara. Subsidi oleh negara digunakan untuk mendidik dokter asing yang kemudian akan kembali ke negaranya.... Pendidikan dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa asing terasa percuma, sebab komunikasi yang dilakukan dirumah sakit antara dokter dan pasien tetap menggunakan bahasa indonesia bukan dengan bahasa asing. Bahkan kalau lagi sial kita bisa dibikin pusing oleh pasien yang sama sekali tidak mengeri bahasa indonesia (hanya mengerti bahasa daerah setempat).
Hal ini kemudian akan mengurangi kesempatan banyak putra-putri pribumi yang ingi menjadi dokter, mereka yang mampu di otak tetapi tidak mampu secara finansial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H