Mohon tunggu...
Fahar Fah
Fahar Fah Mohon Tunggu... profesional -

Mencoba untuk belajar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersatu Untuk Sesuatu yang Keliru

15 Mei 2011   12:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemarin sore saya antri disebuah ATM. Orang yang berada didalam ATM tersebut keluar dan pergi begitu saja menyisakan saya seorang diri. Tapi alangkah kecewanya saya saat mengetahui bahwa ATM tersebut rusak. Saya kembali teringat wajah orang yang keluar dari ATM tersebut yang tampak bersungut-sungut. Hmmmmmm....

Apakah berat bagi seseorang untuk menyampaikan sepatah-dua patah kata hanya untuk memberitahu bahwa ATM tersebut rusak. Bukannya mengharap lebih, tetapi saya tidak perlu berlama-lama ditempat tersebut jikalau dia mau memberitahu. Tapi sudahlah mungkin ini kebodohan saya juga yang tidak mau menanyakan sebelumnya. Mungkin ini hanya salah satu contoh, diantara contoh-contoh lain perbuatan yang bisa dikatakan salah namun buka hal yang tabu untuk dilakukan bahkan dianggap lumrah dilakukan bagi sebagian besar masyarakat. Entah akibat kesadaran masyarakat yang kurang atau kontrol dari pemerintah yang kurang ketat.

Masih banyak orang yang dengan seenaknya merokok walaupun terdapat tanda larangan merokok.Entah itu di dalam pete-pete yang pengap lagi panas, kantor-kantor yang bahkan memiliki pasilitas pendingin ruangan, bahkan dirumah sakit sekalipun (terutama bangsal-bangsal). Bahkan saya pernah melihat seorang ayah yang dengan santainya merokok sambil mengendong bayinya. Muke Gile... Anak sendiri diasapi apalagi orang lain. Tidak sedikit kendaraan umum yang tidak lebih dari asbak berjalan.

Belum lagi supir angkot yang menghentikan pete-petenya seenaknya. Apalagi ditempat-tempat keramaian tidak kurang 5-10 angkot bakal antri sambil berteriak-teriak menyebut jurusannya. Maka bisa dipastikan obstruksi jalan raya tidak terhindarkan lagi. Belum ditambah tingkah calon penumpang yang jalan bak pragawati dari lorong-lorong menuju jalan raya, jalan dengan santainya sambil sesekali diselingi tawa saat bercanda dengan temannya. Sementara pak supir dan penumpang lain mulai kegerahan diatas angkot. Belum lagi yang terburu-buru karena urusan pentingnya. Minus 1 langkah dari angkot tersebut dengan santainya ia berkata “tidak ji pak”. Grrrrrr Apa susahnya melambaikan tangan atau menggeleng sebagai tanda bahwa ia tidak akan naik angkot itu.

Itu hanya sebagian contoh, masih banyak contoh-contoh lain.

Coba bandingkan dengan Cina, mungkin beberapa tahun lalu saat anda berkunjung ke sana, pemandangan orang meludah ditempat-tempat umum adalah pemandangan biasa. Namun sekarang jika anda kembali bekunjung kesana maka hal tersebut sangat jarang anda temui. Padahal mengubah perilaku 1,3milyar penduduk cina bukannya hal yang mudah.

Bersatu Untuk Sesuatu Yang Keliru………… Kedengarannya lucu, tapi itulah kenyataan. Entah sampai kapan perilaku masyarakat kita akan berubah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun