Satu Indonesiaku,
Kau hijau zamrud beradu dengan kebun sawit yang makin mendayu,
Kau sawah di antara apartemen mewah,
Kau para pekerja keras di antara para pemalas,
Dan kau, hei Indonesiaku,
Jadilah tetap pemuda-pemuda idealis di antara para liberalis.
Bukan tak cinta, jika aku masih cuma punya barisan kata.
Bukan tak sayang, jika tak mampu aku berorasi lantang.
Bukan diam, jika lilinku masih saja temaram.
Sebentuk negeri yang poranda dalam damainya,
Berperang tanpa pedang,
Menelan hak saudara demi perut keluarga,
Menggerus rumah-rumah bambu untuk gedung-gedung baru.
Ini negara milik kita semua,
Ini negeri milik kita sendiri,
Tak ada yang boleh menghalangi kita berdiri.
Lesatkan kembali panah-panah ramah,
Meniati langkah kaki untuk keagungan negeri.
Beda tak menjadikan kita buta,
Karena warna kita memang tak perlu sama.
Jelata bukan berarti tak berdaya,
Karena dua ratus juta jumlah kita.
Kita hanya bisa melakukannya bersama,
Menata kembali yang porak poranda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H