Mohon tunggu...
Fani Tafia
Fani Tafia Mohon Tunggu... Insinyur - Pejuang melawan kebodohan

Hanya ingin hidup dalam damai

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kuatkan Ikatan Kita

7 Desember 2016   20:13 Diperbarui: 7 Desember 2016   20:22 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, saya mendengar kata ”polemik” sering disebut oleh presenter berita di berbagai stasiun televisi Indonesia. Sebenarnya, apa itu polemik? Apakah itu sesuatu yang manis? Apakah itu hal yang menakutkan? Yang pasti, itu adalah hal yang menarik dan ada karena suatu sebab. Tentunya, suatu sebab itulah yang membuat Indonesia ramai belakangan ini sampai disiarkan di berbagai stasiun televisi.

Polemik adalah sejenis diskusi atau perdebatan sengit yang diadakan di tempat umum atau media massa berbentuk tulisan. Polemik biasa digunakan untuk menyangkal atau mendukung suatu pandangan agama atau politik. Pemicu awal terjadinya polemik biasanya disebabkan adanya kesalahan pengucapan tentang suatu hal yang bersifat sensitif. Misalnya, hal-hal yang berbau agama dan politik. Polemik bisa semakin parah jika ada seorang profokator di dalamnya. Itulah kenapa kita harus senantiasa menjaga ucapan kita, seperti kata pepatah “lidah mu harimau mu“.

Di Indonesia, polemik yang sedang terjadi saat ini adalah polemik Ahok yang berhubungan dengan surat Al-Maidah ayat 51. Hal ini berawal ketika Ahok menyampaikan pidatonya saat kampanye menjelang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Beliau berkata,“ jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu enggak pilih saya. Dibohongin pakai surat Al Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu,”. Kata-kata inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya berbagai persepsi di kalangan masyarakat.

Berbagai reaksi dari masyarakat pun muncul. Ada pihak yang yang membela Ahok, ada yang tersinggung, dan ada juga yang netral. Bahkan, sampai ada berbagai aksi yang dilakukan masyarakat karena hal ini. Mulai dari aksi damai 212 sampai aksi 412. Anehnya, masih saja ada pihak yang ingin memperkeruh suasana setelah aksi damai ini dengan membandingkan keduanya. Menurut saya, jika reaksi masih dalam batas wajar dan aksi yang dilakukan membawa kebaikan untuk semua orang, itu tidak masalah.

Apa pun pengertian polemik, itu semua tidak akan terjadi jika kita mampu menjaga sikap dan ucapan. Itu saja tidak cukup jika kita tidak berpikir dahulu sebelum bertindak. Karena, setiap tindakan kecil kita akan membawa pengaruh untuk orang-orang di sekeliling kita. Ini terbukti dengan berbagai aksi yang terjadi belakangan ini. memang benar kita sebagai bangsa Indonesia mempunyai keberagaman budaya, tradisi, dan pola pikir yang berbeda. Namun, kita tetap bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia. Tanah air dan bahasa persatuan pun sama. Oleh karena itu, mari kita kuatkan tali persatuan kita. Jangan sampai perselisihan memecah belah bangsa kita tercinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun