Kamu boleh terlahir bodoh, tapi kamu tidak boleh berhenti belajar. Kamu boleh berasal dari pelosok terpencil dari negara besar yang kita sebut Indonesia, tapi kamu tidak boleh hanya berpikiran kerdil. Kamu boleh sekarang merasa sakit, tapi nanti kamu harus yakin bisa menjamin kebahagiaan bagi dirimu dan orang-orang sekitarmu.
Intinya kamu harus bermimpi besar, dan benar-benar berkomitmen untuk mewujudkannya. Karena mimpi besar kecenderungannya akan menghasilkan akhir yang lebih indah. Dan bermimpi butuh keberanian. Mewujudkannya adalah proses panjang yang membutuhkan kekuatan dan kesabaran. Oh ya, dan teman. Karena tidak ada yang menjamin bahwa proses tadi akan selalu baik-baik saja. Karena tidak ada yang menjamin bahwa kamu akan selalu berada di zona nyaman; bahkan kamu dituntut untuk selalu keluar dari sana. Karena tidak ada yang menjamin apabila kamu jatuh, kejatuhanmu itu hanya akan ‘dangkal’; terkadang kamu akan jatuh di lubang yang dalamnya bahkan tak terdefinisikan. Jadi, kamu butuh teman. Yang akan dengan suka rela menarikmu dari lubang yang bahkan terdalam. Yang bisa memberikan kenyamanan sederhana bahkan ketika kamu jauh dari zona nyaman. Yang dengannya, entah bagaimana kamu selalu merasa semuanya akan baik-baik saja. Dan kamu, kamu juga harus melakukan hal yang sama ketika temanmu membutuhkan. Tanpa diminta.
Jangan menyerah. Jangan menyerah. Dan jangan pernah menyerah. Kata mereka, Tuhan menyukai mereka yang tidak menyia-nyiakan hidupnya dan bermental baja. Kata mereka, Tuhan menilai umatnya dari usaha mereka. Kata mereka, Tuhan akan tidak tega untuk tidak memberikan apa yang diinginkan oleh mereka yang benar-benar menginginkannya. Tapi itu kata mereka. Katamu boleh berbeda.
Dream the impossible. Make it happen. Kata saya, mungkin memang demikian adanya. Kalau tidak demikian, mungkin dulu sekali Paulo Coelho tidak akan menuliskan kalimat mantra ini: “When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it”. Atau mungkin, sekarang kita tidak akan familiar dengan kutipan-kutipan magis lain seperti: “Whether you believe you can, or whether you believe you can’t then you are absolutely right”.
Ada sebagian orang yang tidak seperti mereka yang saya sebut di awal. Mereka bilang, hanya Yang Lemah yang butuh kalimat utopis seperti itu. Apa mau dikata sih, itu adalah hak tiap orang untuk memilih kaca mata versi mereka. Mungkin, yang disebut lemah justru mereka yang memandang dunia lebih terang daripada yang menyebutkannya. Atau juga, mungkin memang mereka benar-benar kuat. Pada akhirnya pilihan tetap jatuh pada kita, mau memandang dunia dengan cara yang seperti apa?
Well I dream the impossible. Mungkin kamu akan tertawa ketika saya bilang apa yang saya pegang, dan saya usahakan untuk menjadi kenyataan. Karenanya saya tidak akan bilang, setidaknya pada semua orang. Tapi saya pernah juga ditertawakan tahunan lalu. Dan saya membuktikan bahwa memang benar, dreams come true. Tidak semuanya karena seringkali saya cuma bisa menghela napas saja, tapi saya tahu Tuhan memberikan yang terbaik untuk saya.
Mimpimu pasti jauh lebih besar dari punya saya. Saya yakin kamu pasti bisa! Kalau kamu benar-benar ingin mendapatkannya.
"Shoot for the moon. So if you fail, at least you are already flying above the skies."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H