Mohon tunggu...
alfath fadzlyanmaulana
alfath fadzlyanmaulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi : main bola, futsal, badminton, kuliner, traveling

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dunia Makin Ngeri saat Prabowo Subianto Jadi Presiden, Ada Ancaman dari Amerika Serikat

23 Oktober 2024   13:40 Diperbarui: 23 Oktober 2024   13:43 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pengenalan isu
Keputusan Komisi Pemilihan Umum atau (KPU) menetapkan Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih Negara Indonesia untuk periode tahun 2024-2029 menggantikan Joko Widodo (Jokowi) di tengah kondisi global yang bergejolak.
Memasuki era pemerintahan baru Prabowo Subianto, proyeksi ekonomi global masih dipenuhi dengan ketidakpastian, yakni bagi negara-negara berkembang.

rangkaian argumentasi:

Menurut proyeksi Dana Moneter Internasional atau (IMF), ekonomi dunia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 3,2% pada tahun 2024 dan 2025, dengan kecepatan yang relatif stabil seperti pada tahun sebelum sebelumnya

Adapun, proyeksi ini naik dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang dipatok sebesar 3,1% pada Januari lalu. Inflasi yang melambat setelah mencapai puncaknya pada tahun lalu memberikan dampak dampak pada pertumbuhan tahun ini.

Kendati secara perekonomian global masih relatif stagnan, namun beberapa hal ini patut menjadi perhatian karena bisa berdampak bagi perekonomian di Indonesia juga.

1. Panasnya Politik AS
Saat Prabowo Subianto dilantik menjadi presiden pada Oktober, kondisi politik di Amerika Serikat (AS) diperkirakan sedang panas-panasnya. Amerika Serikat (AS) akan menggelar pemilu legislatif dan presiden pada 5 November mendatang atau berselang sekitar 15 hari dari pelantikan Prabowo.

Panasnya perpolitikan Amerika Serikat akan berdampak banyak, terutama kepada stabilitas pasar keuangan global. Ada dua kandidat terkuat presiden Amerika Serikat yang saat ini menghiasi pemberitaan yakni petahana Joe Biden hingga mantan Presiden Donald Trump.

Jika proses pemilu tidak berjalan mulus atau kandidat presiden yang terpilih tidak sesuai keinginan pasar, maka pasar keuangan bisa bergejolak seperti halnya pada 2016 saat Donald Trump terpilih.

Sebagai negara super power, hasil pemilu Amerika Serikat ini tentu saja akan berdampak kepada peta geopolitik global, termasuk dengan Negara China.

Berlangsungnya pemilu Amerika Serikat ini juga diperkirakan akan berimplikasi terhadap inflasi Paman Sam. Inflasi Amerika Serikat dikhawatirkan sulit turun hingga penyelenggaraan pemilu nanti. Kondisi ini akan menahan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga sebelum pemilu.

Kondisi ini tentu saja berimplikasi kepada peminat investor asing di Emerging Markets, seperti Indonesia. Jika kondisi politik Amerika Serikat panas dan inflasi mereka tak juga turun maka bukan tidak mungkin investor asing akan memilih menepi dulu dari Indonesia.
Jika situasi ini menjadi kenyataan maka rupiah bisa melemah. Padahal, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah dalam tren penurunan belakangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun