Mohon tunggu...
Rifadz Palinggam Djati
Rifadz Palinggam Djati Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat Pergantian Musim

Menulis apa adanya tentang sesuatu yang ada apa-apanya. \r\n\r\nPernah aktif menjadi blogger tahun 2007-2008 kemudian beralih ke facebook group. Menyenangi kegiatan dokumentasi dan analisa.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Swarnadwipa Silang Budaya

25 Oktober 2009   02:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:32 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepercayaan tentang asal usul yang berakar jauh dari Pulau Sumatera ternyata tidak hanya di dominasi oleh masyarakat Minangkabau.  Setidaknya ada 6 suku bangsa lain yang mengaku berasal dari daerah yang jauh di luar Pulau Sumatera, yaitu masyarakat Kuantan di Inderagiri Riau, masyarakat Kerinci, etnis Karo (khususnya Marga Sembiring), masyarakat Barus di pantai barat Sumatera Utara, etnis Pakpak dan etnis Mandailing di Sumatera Utara.

Masyarakat Kuantan Lubuk Jambi

Masyarakat Kuantan dan masyarakat Kerinci bahkan mewarisi mitos yang sama atau mirip dengan masyarakat Minangkabau, yang diturunkan masing-masing dalam Tambo Lubuk Jambi dan Tambo Alam Kerinci. Kedua tambo mempertautkan asal-usul masyarakatnya dengan kebesaran nama Iskandar Zulkarnain, sama seperti yang tercantum dalam Tambo Alam Minangkabau. Yang berbeda adalah pada fasal siapa pendiri kebudayaan dan pencipta aturan adat untuk masing-masing masyarakat.

Masyarakat Kuantan percaya bahwa putra Iskandar Zulkarnain yaitu Maharaja Diraja sesampainya di Pulau Emas Sumatera,  mendarat di Bukit Bakar di hulu Inderagiri yaitu di pinggir Batang Kuantan lalu mendirikan Kerajaan Kandis dengan istana bernama Istana Dhamna. Menurut orang Lubuk Kuantan, tokoh legendaris masyarakat Minangkabau yaitu Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan hanyalah patih dan pangeran tumenggung dari Kerajaan Koto Alang, sebuah kerajaan sempalan di bagian hulu Batang Kuantan yang akhirnya diserang oleh Kerajaan Kandis yang lebih besar. Patih dan Tumenggung ini lari ke Gunung Marapi sedangkan rajanya lari ke Jambi yaitu ke muara Batanghari.

Dalam versi masyarakat Minangkabau, Maharaja Diraja mendarat langsung di puncak Gunung Marapi setelah mengarungi lautan cukup lama. Maharaja Diraja kemudian mendirikan nagari tertua di Minangkabau yaitu nagari Pariangan di lereng sebelah selatan Gunung Marapi.

Masyarakat Kerinci

Setali tiga uang, masyarakat Kerinci juga mengaku bertautan kepada Maharaja Diraja, bedanya mereka sepakat dengan cerita soal “turun dari puncak gunung Marapi”. Masyarakat Kerinci hanya membuat cabang cerita sendiri dengan menyebutkan bahwa nenek moyangnya yaitu Indarbayang, berlayar langsung dari Gunung Marapi ke Gunung Kerinci, namun karena medan yang berat kapal yang membawanya akhirnya berlabuh di Gunung Jelatang. Tokoh Datuk Perpatih Nan Sebatang juga dikenal dalam Tambo Alam Kerinci. Sebagai catatan, sebenarnya wilayah Kerinci ini sudah memiliki peradaban yang sangat tua yang dikembangkan oleh masyarakat Proto Melayu dengan kebudayaan megalitikumnya. Kerinci merupakan salah satu dari empat daerah di Sumatera yang telah mengenal aksara. Aksara yang berkembang di Kerinci dinamakan Aksara Incung. Tiga wilayah lain yang memiliki aksara di Sumatera adalah Batak, Rejang dan Lampung.

Imigran Imigran dari India

Hasil penelitian saya yang saya tuangkan dalam sebuah hipotesa menemukan bahwa Kebudayaan Minangkabau memiliki pertalian dengan Kebudayaan Hellenisme yang berkembang di India setelah penaklukan daerah lembah Sungai Indus oleh Alexander Agung. Salah satu jejak yang menguatkan pendapat saya itu adalah ditemukannya kemiripan nyaris 90% dari salah satu motif ukiran Minangkabau dengan salah satu motif ukiran yang berkembang di wilayah Gandhara. Motif berbentuk gulungan daun anggur ini merupakan motif yang sudah ada sejak zaman Yunani kuno. Selain itu nama-nama nenek moyang orang Minangkabau dalam Tambo juga identik dengan nama-nama khas India. Contohnya adalah Maharaja Diraja, Indra Jelita dan Cateri Bilang Pandai.

Etnik Karo Marga Sembiring

Akar budaya dari India ini juga ditemukan pada etnik Karo, Pakpak dan Mandailing. Etnik Karo khususnya Marga Sembiring dipercaya berasal dari Cheti dan Tamil, India. Dalam kitab konstitusi Dinasti Pardosi, penguasa negeri Barus, disebutkan bahwa sumber dari segala sumber hukum di kerajaan tersebut berasal dari adat Batak, Bugis, Cheti, Islam dan lain-lain. Di Barus sendiri kita dengan mudah dapat menemukan jejak-jejak kebudayaan Tamil, misalnya dalam bentuk kosa-kata seperti marapulai, pualam, cemeti, jodoh, gundu, badai, kolam, belenggu, dahaga, kanji dan mahligai (ingat makam mahligai di Barus). Marga Sembiring sendiri memiliki sub marga dengan nama-nama khas Tamil seperti Brahmana, Pelawi, Depari, Maha, Pandia, Meliala dan Cholia. Sembiring sendiri dalam Bahasa Karo asli berarti si hitam (si mbiring) yang merujuk pada ciri-ciri fisik etnis Tamil asal India Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun