Mohon tunggu...
fadya hasan
fadya hasan Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

bangga menjadi ibu rumah tangga.........

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Smaku Dulu, Sma Putriku Kini

24 Juni 2014   19:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:17 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

26 tahun yang lalu saya duduk dibangku sebuah sman di pusat kota surabaya, waktu itu peminat untuk masuk sman sudah sangat berjibun hampir sama dengan saat ini, menggunakan sistim danem sebagai acuan , tapi waktu itu memang belum ada internet dan kami tidak pernah tahu siapa saja dan danem berapa saja sebagai pesaing, yang kami tunggu hanya hasil akhir danem terendah yang diterima.

tahun ini putri saya duduk dibangku sman yang sama , dengan transparasi nilai yang bisa kami pantau setiap detik, pergeseran nilai bisa selalu diawasi dan pemilihan sekolah harus penuh perhitungan , tidak seperti dulu berpasrah pada hoki.

kalau saya terlambat masuk , hukumannya adalah lari mengelilingi lapangan 5 kali , terlambat dan bikin sehat, tiap hari terlambat , jadi pelari tercepat di kelas. Sekarang hukuman itu sudah ditinggalkan, begitu bel masuk berbunyi gerbang sekolah dikunci rapat 1 jam kemudian baru di buka, bagi yang terlambat disediakan form pengisian data keterlambatan beserta no telp orang tua, ibu guru bp bertugas menghubungi orang tua menanyakan kenapa terlambat dan juga sebagai peringatan untuk tidak terulang kembali, jika sampai tiga kali terlambat ,orang tua harus ikut bertanggung jawab. Karena putri saya hanya satu kali terlambat saya kurang tahu apa sanksi yang dikenakan.

dulu ada yang namanya her untuk hasil ulangan yang tidak mencapai nilai standart, suka suka guru masing masing berapa nilai standart yang mereka tetapkan, kini nilai standar ditentukan dalam kurikulum, her adalah remidi, dan anehnya remidi di sman putri saya ini bukan mengerjakan atau mengulang soal kembali, tapi macam macam lah, ada yang di suruh membawa pot bunga, menyanyi , membersihkan ruangan atau mendonwload lagu, tergantung maunya sang guru, eh ada juga nyuruh beliin secangkir kopi.

perhatian akan nilai keagamaan betul betul jauh berbeda, dahulu bagaimana susahnya perjuangan teman saya shinta untuk mengenakan jilbab di sekolah, larangannya begitu ketat, sampai di pintu gerbang jilbab harus di lepas, urusan sholat adalah urusan siswa, sholat nggak sholat sak karepmu. Rok diatas lutut jadi tren seragam sman pada masa itu, sudahlah rok nya pendek eh lengan baju pakai di linting segala, moral adalah urusan pribadi bukan urusan sekolah, walaupun ada pelajaran agama di sekolah.

Sekarang , jilbab begitu menghiasi sekolah sman ini dari guru siswi karyawan semua bebas berjilbab, rok bagi semua siswi harus sepanjang tumit dan sebagia sman yang lain menerapkan model berploi penuh, betul betul menjaga moral, sholat adalah urusan sekolah rehat pertama pukul 08.00 diberi kesempatan untuk sholat dhuha, rehat kedua selepas dhuhur dan wajib sholat dhuhur karena ada absensi. kalau absensinya banyak merahnya , guru agama akan memanggil orang tua siswa .

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun