4. Rubrik Asesmen Sumatif Menulis: Rubrik ini mencakup aspek seperti variasi kalimat dan kosakata yang juga dapat dipengaruhi oleh konteks budaya dan latar belakang peserta didik. Misalnya, penggunaan kosakata baru dapat mencerminkan kedalaman pemahaman dan pengalaman mereka dalam bahasa tertentu.
Dalam asesmen tersebut, beberapa bagian menunjukkan kesesuaian dengan kemampuan peserta didik:
1. Instrumen Penilaian untuk Kemampuan Penggunaan Struktur Bahasa: Penilaian ini mencakup penggunaan tanda baca dan kemampuan memahami struktur bahasa. Dengan memberikan skala nilai yang mencakup tingkat penggunaan tanda baca, instrumen ini mempertimbangkan kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan aspek-aspek dasar bahasa Indonesia.
2. Instrumen Penilaian untuk Kemampuan Lainnya: Instrumen ini melibatkan beberapa aspek seperti kosa kata, struktur bahasa (termasuk tanda baca), dan pemahaman bacaan. Dengan memberikan nilai berdasarkan kemampuan siswa dalam memahami dan menggunakan tanda baca, serta kemampuan mereka dalam menjawab pertanyaan bacaan, instrumen ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang kemampuan bahasa siswa.
3. Rubrik Asesmen Berbicara dan Rubrik Asesmen Sumatif Menulis: Kedua rubrik ini mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam berbicara dan menulis, seperti isi, ketepatan bahasa, kefasihan berbahasa, ekspresi, dan alat bantu penyampaian pesan. Dengan memberikan nilai berdasarkan kriteria- kriteria tersebut, rubrik ini membantu guru untuk memahami dan menilai kemampuan komunikasi siswa secara menyeluruh.
Bagian dari asesmen yang menunjukkan kesesuaian dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran mereka adalah bagian "Pelaksanaan Asesmen", terutama pada poin "Mengamati refleksi peserta didik" dan pada "Instrumen Penilaian untuk Kemampuan Lainnya".
1. Mengamati Refleksi Peserta Didik: Dengan mencatat refleksi peserta didik, guru dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pemikiran, evaluasi, dan pengalaman mereka tentang proses pembelajaran. Ini menciptakan ruang bagi siswa untuk merenungkan dan berbagi pandangan mereka tentang bagaimana mereka memahami materi, proses pembelajaran yang mereka alami, dan area mana yang mungkin perlu ditingkatkan.
2. Instrumen Penilaian untuk Kemampuan Lainnya: Instrumen penilaian ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan umpan balik terhadap pemahaman dan keterampilan mereka dalam menggunakan bahasa. Misalnya, pada bagian yang menilai kemampuan melafalkan teks, siswa memiliki kesempatan untuk mengevaluasi seberapa baik mereka bisa melafalkan teks dan apakah mereka yakin dengan artinya. Ini memberikan gambaran yang jelas tentang area mana yang perlu ditingkatkan oleh siswa dalam proses pembelajaran.
Jika saya menjadi guru di kelas tersebut, saya ingin meningkatkan kontekstualitas bahan ajar seperti misalnya teks yang digunakan mengangkat budaya sekitar selain itu pendekatan literasi numerasi juga saya angkat. Saya perhatikan bahwa karakter siswa kelas 5 di kelas tersebut senang dengan tantangan sehingga saya bisa lebih mudah membawakan konten HOTS. Namun ada salah seorang siswa yang memiliki gangguan belajar dan sosial. Untuk siswa tersebut tingkat kesulitan tes akan diturunkan sedikit levelnya sehingga asesmen untuknya akan berbeda dari temannya yang lain.Â
Saya melihat antara tujuan pembelajaran dan asesmen kurang relevan. Tujuan pembelajaran hanya keterampilan menulis penggunaan huruf kapital namun di asesmen ada penilaian membaca. Seharusnya jika memang mau ada penilaian tersebut maka di TP harus diperjelas lagi kondisi belajarnya. Karena di TP yang dibuat guru kondisi belajar yang tergambar itu hanya diskusi kelas dan mengerjakan LKPD seperti yang saya sarankan sebelumnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H