Isra Mi'raj terjadi di tahun kesebelas hijriah, tahun tersedih dalam hidup Nabi. Disebut tahun kesedihan atau amul huzni dikarenakan pada saat itu Nabi ditinggal oleh dua tameng kokohnya dalam memperjuangkan Islam; Khadijah sang belahan jiwa dan Abu Thalib Paman paling setia. Isra' Mi'raj sejatinya adalah perjalanan khusus untuk Nabi yang disiapkan Allah untuk menghibur hati Nabi yang tengah kesusahan. Nah, ini bisa jadi referensi ketika kita lagi galau atau sedih, jalan-jalan aja solusinya!
Isra' adalah perjalanan malam hari Nabi dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina). Sedangkan Mi'raj adalah perjalanan Nabi dari Masjidil Aqsa ke Sidrotul Muntaha. Nabi Muhammad menunggangi Buroq dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Buroq sendiri adalah kendaraan para Nabi yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya. Setelah sampai masjidil Aqsa, Nabi Muhammad sholat dua rakaat berjamaah sebagai Imam dengan makmum para Nabi dan malaikat Allah. Baru setelah itu, Nabi Muhammad dimi'rajkan ke langit pertama sampai ketujuh dan bahkan diberi kesempatan melihat keadaan surga dan neraka.
Nabi Muhammad dipanggil Allah ke Sidrotul Muntaha untuk diberi wahyu tentang kewajiban sholat. Sholat adalah satu-satunya ibadah dalam rukun Islam yang langsung diperintahkan kepada Nabi tanpa perantara Malaikat Jibril. Pada mulanya sholat diwajibkan pada Nabi dan umatnya sebanyak 50 rakaat, akan tetapi setelah turun dari Sidratul Muntaha, di langit keenam Nabi Muhammad bertemu Nabi Musa. Nabi Musa menanyakan apa yang diperintahkan Allah untuk Nabi dan umatnya. Setelah mendengar perintah Allah kepada Nabi Muhammad, Nabi Musa berkata, "Kembalilah dan minta keringanan kepada Allah, karena sungguhnya umatmu lemah dan tidak akan sanggup melakukannya."
Nabi Muhammad menuruti perintah Nabi Musa dan kembali kepada Allah, bilangan sholat telah dikurangi lima lalu Nabi Muhammad kembali turun. Akan tetapi Nabi Musa tetap meminta Nabi Muhammad untuk kembali meminta keringanan kepada Allah. Berkali-kali Nabi Muhamad naik-turun meminta keringanan pada Allah sampai kewajiban sholat hanya lima waktu dalam sehari semalam. Nabi Musa masih meminta Nabi Muhammad untuk naik lagi dan meminta keringanan pada Allah karena yakin umat Nabi Muhammad tidak akan kuat. Akan tetapi, Nabi Muhammad berkata bahwa Beliau telah malu kepada Allah karena terus meminta keringanan. Sholat yang tadinya 50 rakaat hanya menjadi 5 waktu dalam sehari semalam atau 17 rakaat.Â
Ternyata ucapan Nabi Musa terbukti, sholat yang hanya 5 waktu masih berat untuk dijalankan umat Nabi Muhammad. Padahal Nabi Muhammad sudah berjuang sepenuh jiwa dan tenaga sampai nyawa taruhannya untuk mempertahankan Islam, tetapi sebagai umatnya kita masih sering lalai dan meninggalkan kewajiban. Padahal dulu perjuangan Nabi dan para sahabat adalah perang sungguhan, nyawa jadi taruhan. Sedangkan jaman sekarang, ketika semua serba gampang kita justru terlalaikan. Nabi Muhammad hanya memikirkan umatnya sampai ketika nyawanya diambang kematian, "Ummati ... ummati ... ummati," hanya kita yang dipikirkan, tetapi sayangnya kita sebagai umatnya hanya sesekali memikirkan Nabi. Tidak hanya Nabi Muhammad, Nabi Musa pun berjasa pada kita. Jika Nabi Muhammad tidak bertemu Nabi Musa, mungkin kita akan sholat 50 rakaat sehari semalam. Apa ndak banyak yang diqodo' tuh? Jadi, mari kita sama-sama memperbaiki diri dan menjadi umat yang membanggakan Nabi Muhammad kelak di akhirat dengan sholat tanpa perlu diperintah terus-menerus dan nihil ditinggalkan.
(^)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H