Gambar 1 Sampah di pantai Jakarta Utara. Sumber: Kompas.com
Pesisir merupakan Kawasan vital yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup di muka bumi, baik dari sektor pangan, sektor perdagangan, sektor industri, pariwisata, dan sektor lainnya. Pendayagunaan juga pengembangan dari wilayah pesisir menjadi kunci dalam perkembangan suatu wilayah bahkan suatu negara. Indonesia sendiri sebagai negara kepulauan yang memiliki perairan yang luas menyebabkan laut menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di Kawasan pesisir.
Daerah-daerah pesisir terutama pada pedesaan-pedesaan dengan infrastruktur minim yang lebih rawan terhadap pengaruh dari pencemaran terutama Marine Debris atau sampah laut yang laju penambahannya terhadap laut konstan. Sampah plastik mencakup 80% dari pencemar laut dengan kisaran angka berada pada 8 sampai 10 juta ton pertahunnya (UNESCO, 2022).Â
Pencemaran ini tentu akan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat pesisir, baik menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial masyarakat juga terganggunya lingkungan yang tentu akan berakibat pada Kesehatan juga perekonomian warga yang bergantung pada industri pariwisata juga perikanan.
Pencemaran Laut dalam Bentuk Sampah Laut
Pencemaran laut adalah masuknya substansi atau energi ke dalam lingkungan laut oleh manusia secara langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan terjadinya pengaruh yang merugikan seperti merusak sumber daya hidup, bahaya Kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan kelautan diantaranya perikanan, rusaknya kualitas air, dan pengurangan pada keindahan dan kenyamanan (Mukhtasor, 2007).Â
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Sampah plastik merupakan pencemaran terbesar dalam pencemaran laut hingga mencakup 80% dari pencemar laut dengan kisaran angka berada pada 8 sampai 10 juta ton/tahun.Â
Di Indonesia sendiri menurut Indonesia National Action Plan (INAP), terdapat sekitar 4,8 juta ton atau 70% dari sampah plastik di Indonesia yang tidak terkelola dengan 9% dari sampah plastik tersebut bermuara di perairan dan laut Indonesia. Sampah plastik tersebut dapat terbawa ke lautan akibat aliran air baik akibat hujan, banjir, aliran sungai, maupun aliran lainnya yang pada akhirnya akan berdampak pada pesisir dan lautan Indonesia. Secara spesifik dampak dari sampah plastik bagi lingkungan sebagaimana dikutip dari (UNESCO, 2022) adalah:
- Dampak bagi hewan
Limbah plastik di laut memiliki dampak bagi hewan dan ekosistem. Dampak terbesarnya adalah plastik dapat menjadi berbahaya bagi hewan ketika dikonsumsi atau terkena sampah plastik yang dapat menyebabkan luka dalam, infeksi, kesulitan bernapas, hingga bahaya lainnya. Selain itu, sampah plastik juga merusak tempat tinggal hewan dan dapat membawa spesies invasif yang mengganggu keseimbangan ekosistem.
- Dampak bagi manusia
Plastic yang dikonsumsi oleh hewan laut yang dikonsumsi manusia dapat menyebabkan masuknya mikroplastik yang bersifat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker sehingga berbahaya bagi pertumbuhan, sistem saraf, reproduksi, dan imunitas manusia. Selain itu, kerusakan bagi lingkungan pesisir dan laut juga berdampak bagi masyarakat pesisir yang tinggal dan mencari pendapatan dari wilayah yang terdampak pencemaran.
- Perubahan iklim
Sampah plastik berdampak pada kerusakan ekosistem makhluk hidup ketika terbuang ke perairan. Namun, saat proses produksi dan penanganan sampah dengan cara dibakar juga berdampak besar bagi peningkatan emisi ke atmosfer yang memiliki dampak pemanasan global.
- Ekonomi
Sampah di laut untuk menjaga kegiatan turisme, perikanan, maupun kegiatan lainnya memiliki dampak kerugian sebesar 6-19 miliar USD secara global bagi berbagai sektor tersebut baik dari usaha pencegahan maupun penanganan.
Penanganan sampah laut
Permasalahan pencemaran laut, juga beriringan dengan masalah persoalan pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Pada tingkat daerah, dibutuhkan implementasi otonomi daerah yang kreatif dan entrepreneurial oleh Pemerintah Daerah dan Pihak Ke-3 sehingga akan mendorong peningkatan kesempatan pemerolehan layanan dasar bagi penduduk miskin dan kaum pekerja, serta pada akhirnya akan terjaganya lingkungan hidup (Mukhtasor, 2007). Â
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi-strategi yang diimplementasikan bukan hanya pada tingkatan nasional, tetapi juga pada tingkat daerah terutama pada pesisir dengan bantuan dari pemerintah daerah, masyarakat, maupun pihak ke-tiga lainnya dengan tujuan bukan hanya mengatasi sampah laut, namun juga dengan tujuan peningkatan kapasitas masyarakat terutama masyarakat pesisir.. Indonesia sendiri memiliki beberapa pilar yang tercantum dalam National Plan of Action for Combating Marine Plastic Debris dalam menangani masalah tersebut, pilar-pilar tersebut adalah:
- Meningkatkan Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku berbagai pihak yang berkepentingan baik dari Pemerintah Sendiri, Industri, hingga masyarakat merupakan salah satu hal kunci yang harus dilakukan. Tanpa adanya rasa tanggung jawab Bersama, tentu masalah sampah di Indonesia akan sulit untuk ditangani.
- Mengurangi kebocoran sampah darat
Dengan limbah-limbah yang berasal dari rumah-rumah juga perkotaan menjadi sumber utama sampah di laut. Penanganan sampah di darat menjadi salah satu fokus utama dalam mengatasi permasalahan sampah laut.
- Mengurangi kebocoran sampah laut
Sampah dari aktivitas perikanan, juga kapal-kapal transportasi dan turisme juga menjadi penyumbang sampah di laut. Peningkatan pengelolaan sampah di Pelabuhan, pulau-pulau kecil, dan pesisir menjadi bagian besar dari usaha penanganan sampah laut.
- Mengurangi Produksi dan Penggunaan Plastik
Dengan plastik mencakup 80% sampah di laut, industri juga usaha yang menjadikan plastic sebagai bagian dari usaha diharuskan untuk mengurangi penambahan sampah plastic baru dengan penggunaan material daur ulang atau bio-degredable.
- Meningkatkan mekanisme pendanaan, perubahan peraturan, dan penegakan hukum
Adanya pendanaan dan kerjasama baik dari pemerintah pusat, daerah, dan juga pihak ke-tiga lainnya dalam penanganan permasalahan sampah dari segi penegakan kebijakan, pelaksanaan program, hingga penggunaan teknologi baru yang ramah lingkungan juga menjadi bagian besar dalam usaha ini.
Tentu dengan pilar-pilar tersebut dibutuhkan program-program yang nyata baik dari pemerintah, masyarakat, maupun pihak lainnya. Beberapa program seperti program Bulan Cinta Laut yang dimiliki Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia menjadi salah satunya. Dimana KKP dengan bantuan masyarakat pesisir terjun langsung untuk menangani permasalahan diberbagai daerah pesisir di Indonesia.Â
Selain itu, program dari pihak luar seperti Project Stop yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia oleh Lembaga SYSTEMIQ yang ditujukan untuk meningkatan kapasitas pengelolaan sampah juga membantu dalam menangani masalah sampah laut di Indonesia. Penulis sendiri merasa program-progam ini dapat menjadi batu loncatan dimana di masa yang akan datang berbagai kolaborasi antara pemerintah dengan pihak-pihak lain terutama masyarakat memegang peran penting dimana kesadaran dan kemauan Bersama untuk menangani permasalahan sampah laut ini dapat menciptakan Indonesia yang berhasil dalam memerangi sampah plastik terutama jika Indonesia ingin mencapai target pengurangan sampah plastik hingga 70% pada tahun 2025 (Setiawan, 2021).
REFERENSI
Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut, 1st ed. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Setiawan, A., 2021. Indonesia.go.id - Selamatkan Laut dari Sampah Plastik [WWW Document]. URL https://indonesia.go.id/kategori/budaya/2539/selamatkan-laut-dari-sampah-plastik (accessed 10.17.22).
UNESCO, 2022. Plastic pollution in the ocean: data, facts, consequences [WWW Document]. URL https://oceanliteracy.unesco.org/plastic-pollution-ocean/ (accessed 9.19.22).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H