[caption id="attachment_179083" align="alignright" width="298" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas/Ilham Khoiri)"][/caption] "Saya menuliskan dwilogi ini untuk menjawab pertanyaan dari banyak pembaca mengenai kelanjutan cerita cinta Ikal dan A Ling, serta tetap memasukkan nilai tentang kekuatan kerja keras," Wawancara antara Andrea Hirata dan presenter Metro TV Gadiza Fauzi tersebut membicarakan mengenai peluncuran dwilogi novel terbarunya. Dwilogi tersebut berimpitan menjadi satu buku yang bisa dibaca sekaligus dengan urutan dari Padang Bulan, kemudian Cinta di  Dalam Gelas. Kurasa inilah yang dimaksud dengan Maryamah Karpov 2 yang sejak tahun lalu sempat dikatakan oleh Andrea sebagai kelanjutan Maryamah Karpov. Di akhir novel terakhirnya, yakni Maryamah Karpov, Andrea mudik ke kampong halamannya dan menemukan kehidupan yang berbeda dengan masa kecilnya. Pulau Bitong yang sudah suruk karena menemui masa senja dari penambangan timah. Masyarakat penambang yang dulu bergantung hidup dari Maskapai (PT) Timah banyak yang sudah menganggur dan menjadi penambang lepas yang sering mengeluh dengan sesamanya di warung kopi. Ikal pun di novel tersebut kembali mencari tambatan hatinya waktu kecil, yakni A Ling. Walaupun sudah hampir mengelilingi seluruh dunia sewaktu kuliah di Sorbonne, Perancis bersama partner in crime-nya Arai,Ikal tetap memegang cinta pertamanya. Petualangan Ikal mencari A Ling ditulis lengkap mulai dari perjuangannya menjadi penambang timah, belajar membuat perahu dan perjalanan gilanya bersama kawan lamanya di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Mahar, yang dewasanya menjadi seorang paranormal "mbeling" di pulau Belitong. Akhirnya, Ikal menemukan A Ling, tapi Andrea menutup novelnya dengan membiarkan pembacanya penasaran menebak-nebak bagaimana kisah Ikal dan A Ling selanjutnya, apakah mereka akan menikah?. Novel tersebut pun hanya sedikit saja menerangkan mengenai seseorang bernama Maryamah (Karpov), dan hal ini menjadi ganjil karena judul novelnya sendiri berjudul Maryamah Karpov **************************************** Padang Bulan; Komidi Putar dan Pernikahan A Ling. "Dalam novel ini pun saya mencoba menggambarkan bagaimana perasaan seseorang ketika mengalami kecemburuan dan patah hati," Sebelum Anda meneruskan membaca tulisan saya, bolehlah saya ingatkan kalau saya akan menuliskan ending kedua novel tersebut. Tapi, tidak perlulah Anda kecewa, karena keindahan novel Andrea memang bukan hanya dari ending keseluruhan novelnya. Kekuatan Andrea sejak Laskar Pelangi adalah pilihan diksi kata-katanya sangat unik bahkan bisa dibilang catchy. Selain itu, tapi tiap sub bab novelnya memiliki akhir cerita yang berwarna-warni, mulai membuat perasaan kita sedih karena merasakan kepedihan, kocak hingga sakit perut karena tingkah laku si tokoh novel, hingga marah. Hal inilah yang tidak bisa digantikan adaptasi filmnya. Film Laskar Pelangi & Sang Pemimpi sendiri menurut Andrea lebih bagus daripada novelnya. Saya pikir hal ini dikarenakan Riri berhasil memfokuskan cerita novel tersebut. Cerita novel Padang Bulan dibuka mengenai seorang pekerja tambang bernama Zamzani yang sangat menyayangi istri, Syalimah dan anaknya. Kecintaan Zamzani kepada Enong, anak perempuan sekaligus sulung, digambarkan Andrea dengan upaya Zamzani membelikannya kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata, karena Enong memang sangat senang terhadap pelajaran Bahasa Inggris. "Satu miliar itu banyak sekali Nong. Ayah pun tak tahu berapa jumlah nolnya. Tujuh belas barangkali," (hal 12). Selain itu, Zamzani bermaksud memberikan kejutan kepada istrinya, yakni sebuah sepeda Sim King made in RRC. Tapi kejutan ini urung diberikan secara langsung karena Zamzani keburu meregang nyawa karena tertimbun tanah saat menggali tambang. Dan pusaran nasib pun menjadikan Enong, anak perempuan tertua Zamzani menjadi tulang punggung keluarga. Dan cerita kehidupan Enong terus berjalan sebagai penambang timah wanita pertama di belitong. Flashback yang terjadi puluhan tahun itu kembali maju kepada situasi Ikal yang terus memikirkan A Ling, dan mencoba memberikannya segala yang terindah untuk kekasih tercintanya. Ya, A Ling secara tidak resmi sudah menjadi pacar Ikal. Pernahkah Anda memberikan kejutan pada pacar dengan memberikannya pemandangan ribuan burung Punai sebagai hadiah ulang tahun?Hanya Ikal yang segila itu. Namun, kebahagiaan Ikal hanya sementara, karena A Ling ternyata telah dijodohkan dengan lelaki pemilik toko kelontong yang menjual gula dan tembakau bernama  Zinar. Lelaki yang secara fisik dan finansial lebih baik dari Ikal memang berbeda kelas dengannya. Jadi, teruslah novel Padang Bulan menjadi tempat Andrea menceritakan kegilaan Ikal yang lain karena terbakar api cemburu. Ikal yang menginginkan A Ling kembali berboncengan sepeda dengannya melakukan upaya sportif untuk mengalahkan Zinar. Caranya?bertanding dengan Zinar dalam olahraga catur dan sepakbola (Ikal gagal masuk tim voli, alasannya sebaiknya Anda baca sendiri) dalam acara lomba 17 Agustus-an. Mengenai keinginan Ikal melawan Zinar bermain catur juga membawa kelucuan tersendiri saat ia berkata kepada Ibunya mengenai hal ini; "Jadi, kau pikir hanya karena kau punya kawan seorang guru catur di negeri antah berantah sana, lalu kau bisa main catur?....Keluarkan ijazah-ijazahmu," "Aku cemas apa yang akan dilakukan ibu,,,,kupikir ia akan mencampakkannya ke tungku, dihamburkan ke pekarangan atau dilemparkan ke dalam sumur, tapi tidak. Ibu membawanya ke ambang jendela. Ia membuka map itu, lalu menerawang ijazahku satu per satu di bawah sinar matahari." "Kutaksir, ijazah-ijazahmu ini banyak yang palsu, Bujang." (hal 148) Berbagai cara gila yang Ikal lakukan untuk mendapatkan kembali cinta A Ling hampir menjadikannya menjadi bujang lapuk yang mati muda, hanya karena keteledorannya menggunakan Octoceria. Love walks on two feet just like a human being It stands up on tiptoes of insanity and misery Insanity (kegilaan) dan misery (kesengsaraan) yang menjadi kata kerja yang dialami Ikal karena patah hati ditinggalkan A Ling. Puncaknya, A Ling datang ke rumah Ikal tepat saat ia sudah mengibarkan bendera putih kepada Zinar dan berketetapan untuk pergi merantau mencari kerja di Jakarta. Terlebih kedatangan A Ling adalah untuk memberikan undangan pernikahannya dengan Zinar. Saat Ikal datang ke pernikahan A Ling dengan Zinar, ia menyelipkan secarik puisi yang ia gubah sewaktu SD dulu saat perasaan aneh itu hinggap saat melihat kuku-kuku cantik A Ling; Komidi berputar pelan Lampu-lampu dinyalakan Komidi melingkar tenang Hatiku terang Terang benderang menandingi bulan Entahlah, nampaknya Ikal memang berbakat alami sebagai penyair puisi, selain puisi tersebut, Ikal pun secara spontan membantu Enong membuat tugas menulis puisi dalam kursus Bahasa Inggrisnya berjudul Bulan di Atas Kota Kecilku yang Ditinggalkan Zaman, yang dalam Bahasa Inggrisnya pun menurut saya tetap bernuansa klise sekaligus lucu. Novel Padang Bulan juga memperkenalkan Detektif M Nur dengan hewan merpati kesayangannya bernama Jose Rizal sebagai salah satu tokoh baru yang cukup dominan selain Enong. Lelaki yang dituliskan sebagai tetangga Ikal ini memancing pertanyaan serupa dengan Arai dalam cerita Laskar Pelangi. Kemana Detektif M Nur yang bernama Ichsanul Maimun bin Nurdin Mustamin berada saat masa kecil Ikal bersama laskarnya? Namun, hal itu tidaklah menjadi persoalan, selain karena detektif melayu partikelir ini menjadi tokoh kunci pada novel lanjutannya di Cinta di Dalam Gelas, ia pun memiliki karakteristik yang kuat sebagai pendamping Ikal dalam dwilogi ini, lagi-lagi layaknya Arai dalam Sang Pemimpi dan Edensor. Andrea pun menaruh satu sub bab tersendiri untuk mendukung latar belakang detektif nyentrik ini; "Badannya kecil, kulitnya gelap, rambutnya keriting kecil-kecil, alisnya hanya satu setengah,,,,,waktu kelas tiga ia terjatuh dari pohon nangka,,,,ia tidak bisa bersekolah beberapa lama, tapi saat ia sekolah lagi, ia menjadi pelupa dan sering mendengus seperti kambing bersin: nges,,nges,," "Alhasil, tiga tahun berturut-turut ia tidak naik kelas. Ia bosan, guru-gurunya bosan, orangtuanya bosan, menteri pendidikan pun bosan, ia berhenti sekolah," (hal 41-42). ************************************ Cinta Dalam Gelas; Kopi dan Catur Kadang, saat membaca novel karya Andrea Hirata, saya dihinggapi pertanyaan mengapa Ikal, lintang, Arai maupun tokoh lainnya terlihat berlebihan digambarkan. Tidak sampai larger then life sih, tapi sifat dan keunikan karakter tersebut sempat menjadi kerisihan tersendiri. Jika Andrea terus menggambarkannya dengan detail, mungkin saya akan menganggap tokoh tersebut maupun Andrea yang menuliskannya, masuk menjadi kategori yang sekarang sedang nge-tren yaitu "lebay" tapi tetap dalam ukuran Melayu Belitong,,hehe,, Pernyataan saya pun juga serupa dengan Peter Sternagel, penerjemah novel Laskar Pelangi ke bahasa Jerman yang ada tertulis di Kata Pengantar; "In general Andrea's stories are full of humor, he is great in describing different personalities, knows how to create tension in his stories, he is an excellent observer of people, environment and nature, anyway he is a gifted storyteller, but from time to time he likes redundancy or would exaggerate a little bit, so one has to curb him." Ya,saya maupun kritikus sastra boleh berbicara macam-macam, tapi kepada pembaca-lah keputusan dan penilaian akhir diberikan. "Saya juga memasukkan nilai-nilai mengenai pentingnya pendidikan, permintaan maaf kepada Menteri Pendidikan yang banyak disinggung di novel terbaru ini," ujar Andrea dengan topi hitam khasnya itu kepada Gadia Fauzi presenter Metro TV yang imut itu. Andrea secara nakal mendeskripsikan kesulitan Enong mencari pekerjaan di usia yang seharusya duduk dibangku sekolah itu; "Juragan menyuruhnya pulang dan kembali ke sekolah, ketika ditanyakan ijazah ia hanya bisa menjawab bahwa ia hampir tamat SD" (hal 32) "Pabrik kerupuk, kelebihan karyawan. Pabrik cincau, kekurangan order sehingga tidak perlu karyawan. Usaha parutan kelapa, menolaknya. Restoran mie rebus, menolaknya. Warung mie rebus apalagi. Kantor Syah Bandar, menolaknya karena mereka memerlukan sarjana. Kantor Bupati-- menjadi tenaga suruh-suruh-misalnya, tukang seduh kopi atau membeli rokok bagi para ajudan Bupati-mereka menolaknya karena sudah ada sarjana yang melakukan semua itu,,," (hal 33). Novel Cinta Dalam Gelas sempat melukiskan kesetiaan Syalimah kepada Zamzani yang lebih dulu meninggalkannya bersama keempat anak perempuan; "Ia adalah lelaki yang baik dengan cinta yang baik. Jika kami duduk di beranda, ayahmu mengambil antip dan memotong kuku-kukuku. Cinta seperti itu akan dibawa perempuan sampai mati." Syalimah seperti tidak sanggup melanjutkan ceritanya "Jika kuseduhkan kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan, lalu tersenyum kepadaku,: Meski tak terkatakan, anak-anaknya tahu bahwa senyum itu adalah ucapan saling berterima kasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih saying yang balas-membalas, dan kopi itu adalah cinta di dalam gelas." (hal 11). Novel kedua dwilogi ini seperti membuka tabir arti Maryamah Karpov di judul novel terakhir tetralogi Laskar Pelangi. Enong, anak sulung perempuan Zamzani dan Syalimah, seorang penambang timah wanita pertama di Belitong, sekaligus wanita yang memiliki kecintaan besar terhadap Bahasa Inggris, bernama Maryamah binti Zamzani. Sedangkan Karpov?nah, di novel inilah boi cerita mengenai kata "Karpov" itu berasal. Andrea pun seperti membayar lunas hutangnya untuk menjelaskan kisah hidup Enong alias Maryamah. Setelah dalam novel Padang Bulan kehidupan awal Maryamah diceritakan, maka dalam novel Cinta Dalam Gelas, cerita Maryamah semakin ditajamkan. Dituliskan, bahwa Maryamah yang menjadi tulang punggung keluarga sudah tiga kali dilangkahi oleh adik-adik perempuannya. Selanjutnya, adegan mengharukan di saat-saat terakhir hidup ibunya Syalimah, serta keinginan Maryamah untuk membalaskan dendamnya kepada mantan suaminya Matarom. "Ya, aku mau melawan mereka," katanya lagi sambil menunjuk pria yang terbahak-bahak mengelilingi papan catur itu. Ia mengucapkannya dengan ringan, seolah mengatakan ingin memompa ban sepedanya yang kemps, sementara kami macam disambar petir. (hal 43) Matarom sendiri adalah jagonya main catur. Ia adalah juara bertahan sebanyak dua tahun berturut-turut di acara 17 Agustus-an yang dilaksanakan di Warung Kopi paman Ikal, yang juga adalah tempatnya bekerja sebagai barista (pelayan kedai kopi). Alhasil, Andrea kembali menceritakan kisah suka duka Maryamah yang dibantu oleh tim suksesnya yang terdiri dari Ikal, Detektif M Nur dan seorang wanita asal Bitun bernama Selamot. Cerita tingkah laku tim ini pun sering membuat saya terpingkal-pingkal karena benar-benar di luar kebiasaan. Setelah mendapati pertentangan dari berbagai pihak yang menolak wanita ikut serta dalam acara lomba catur 17 Agustus, Maryamah akhirnya bisa ikut dengan proses yang dramatis. Dan tak kalah epik pula perjuangannya dengan mengenakan burka (burq) untuk melawan lawan laki-lakinya hingga bertemu Matarom di final lomba catur tersebut. ************************* "Yang penting bagi saya dalam cerita adalah konteks, tidak hanya teks," ujar Andrea dalam artikel The Jakarta Post suatu kali. Jelas sekali bahwa Andrea dengan lantang menyuarakan pentingnya pendidikan terhadap kemajuan seseorang dan jalan keluar atas kemiskinan suatu kaum. Kebiasaan dan tradisi yang mengekang suatu masyarakat untuk maju hanya bisa dipecahkan oleh pencerahan pendidikan. Dengan novel tetralogi Laskar Pelangi, Andrea sering menggambarkan keluguan para Melayu Pulau Belitong karena ketidaktahuan mereka. Tapi juga seringkali mendeskripsikan kecerdasan alamiah mereka yang mentah dan sebenarnya bisa memasuki tahap jenius jika menemukan jalur pendidikan yang tepat. Contohnya bisa dilihat pada Lintang, Mahar, Arai dan Maryamah, dimana Lintang merupakan seorang jenius alamiah. Mahar dasarnya seorang seniman yang jiwanya sangat senang akan berbagai hal yang eksentrik. Arai sendiri juga seorang yang cerdas dengan berbagai solusi nyelenehnya ditiap kesulitan yang mereka alami, sedangkan Maryamah memiliki bakat terpendam pada bidang olahraga catur. Untuk Ikal sendiri, Andrea menjadikannya role model seorang melayu yang berotak biasa-biasa saja, tapi memiliki hasrat belajar yang sangat kuat serta mimpi yang tinggi, yakni belajar di Sorbonne-Perancis dan melakukan perjalanan keliling dunia. Semua itu dapat Ikal capai karena ia terus berusaha dan menolak menyerah untuk berakhir menjadi kuli upahan di kampungnya. Dengan gelar sarjana, dan master dari universitas top dunia, Ikal pulang ke kampungnya dengan perasaan bangga. Jelas ia menjadi kesayangan orang tua, tapi apa yang akhirnya ia lakukan?menjadi pengangguran, bujang lapuk dan pelayan di kedai kopi pamannya yang sangat cerewet. Bukankah itu menjadi paradoks dan sekali lagi menunjukkan upaya Andrea menyentil para sarjana maupun politisi yang walaupun pintarnya selangit, tapi jika ia tidak memberikan faedah kepada masyarakat, ia tidak berarti. Saya kira Andrea berharap dengan novelnya yang banyak dibaca dan sudah difilmkan ini, sedikit banyak ia sudah mengangkat derajat kemanusiaan masyarakat Pulau Belitong. Dan dengan dipilihnya aktor-aktor cilik lokal, bisa lebih memberikan harapan kepada semua anak dibelahan Indonesia lain, bahwa mimpi adalah kunci menaklukkan dunia. Andrea pun berharap simbol kemalasan, tukang mengeluh dan penggosip yang disematkan dalam kaum Melayu, khususnya Melayu Belitong bisa berubah karena asal muasal mereka menjadi dianggap pemalas dengan duduk-duduk di warung kopi hanyalah akibat dari sebab yang lebih jauh. "Namun, ketika aliran timah itu ditemukan, kami bekerja lima kali lipat lebih keras dari petani, dan tujuh kali lebih keras dari pedagang,,,ada kalanya bekerja dengan cara mengerikan seperti itu tidak mendapat senggenggam pun,,sungguh tak adil mengatai mereka pemalas," (hal 57) ********************************************* "Ilmu yang tidak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah ketakutan. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang bukan penakut," "Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar," kata perempuan yang bahkan tidak tamat SD itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H