Pengalaman rafting berikutnya di Sungai Elo. Kali ini saya jalankan bertepatan dengan acaranya Ngariungnya tim Java sales department tempatku bekerja. Setelah hari pertama kami brainstorming mengenai internal tim dan berjualan mencari dana sumbangan di Jalan Malioboro-Yogya, hari kedua diselingi dengan training mengenai effective communication and brain colour, di hari ketiga pagi harinya dimulai dengan kegiatan sosial di SD Ngawen I Muntilan-Magelang dan siangnya setelah makan siang lanjut dengan rafting di Sungai Elo.
Rafting kali ini saya pun dengan senangnya kembali terjatuh plus terantuk batu sungai di bagian pinggang. Ugh,,sakit memang, tapi yasudahlah, nikmati saja, apalagi saat ditarik naik oleh teman-teman satu raft, wah sudah seperti iklan-iklan rokok yang membangga-banggakan maskulinitas itu saja.
Jika aktivitas dibawa senang memang tidak terasa. Walaupun terus mendayuh hampir 1,5 jam, tapi seperti layaknya kelinci energizer yang tidak kehabisan tenaga, tangan saya pun terus-terus-dan terus mendayuh, walaupun kayuhannya makin lemah dan mungkin tidak saya sadari hanya mengepak-ngepakkan air sungai.
Kegiatan rafting ternyata sudah ada sejak tahun 1970-an dan mengawali perkembangannya di daratan eropa menjalar ke benua Amerika dan selanjutnya, kegiatan ini tidak bisa lagi dianggap eksklusif hanya diperuntukkan untuk pecinta alam belaka. Mulai dari keluarga, para eksekutif, pelajar bahkan tuna netra sekalipun sudah dapat merasakan serunya bermain rafting.
Kegiatan rafting yang erat dengan aktivitas fisik yang cukup melelahkan ini dapat diserupakan dengan kegiatan bisnis maupun organisasi kita sehari-hari. Pesannya cukup lengkap, mulai dari pembagian tugas, kerjasama, usaha memotivasi antar anggota tim, perubahan yang tiba-tiba datang, komunikasi, pasang surutnya cobaan yang datang, maupun perasaan persaingan antar kapal karet (raft).
Kesemuanya bisa kita rasakan saat mendayung sedikit demi sedikit menuju garis akhir.
Lain lagi dengan seseorang bernama Tom Vail. Pengarang Grand Canyon; A Different View, ini menjalankan program rafting di sekitar air terjun mahsyur Grand Canyon untuk memberikan pandangannya kepada para peserta rafting bahwa penciptaan (genesis) yang disebutkan dalam Injil (Bible) benar adanya dan Grand Canyon dengan kekayaan bentuk geografisnya menunjukan hal tersebut.
Bagi Tom, aktivitas rafting menjadi salah satu alat ceramah yang bisa ia gunakan untuk menangkap arus kesenangan-relaksasi tanpa melupakan arus religionitasnya. (Lebih lengkapnya bisa dicari sama Paman Gugel, saya hanya mencuplik sedikit saja).
Selain itu, para environmentalist pun cukup concern terhadap aktivitas pelaksana rafting yang mengubah bahkan cenderung merusak bentuk sungai yang mereka kelola, dengan alasan komersial. Hal ini tidak jauh berbeda dengan upaya pembangunan rumah mewah di daratan tinggi yang seharusnya menjadi tempat penampungan air. Tentunya hal ini tidak dapat dibenarkan dan sayangnya sulit untuk mencegahnya jika deru komersialisasi lebih pekat melekat.
Tapi, bagaimana pun jika rafting masuk dalam agenda terdekat Anda semua, jangan lupa untuk menyiapkan stamina karena memang meguras tenaga, dan yang tertinggal nantinya selepas rafting adalah lengan pegal-pegal, pinggang perlu direngganggkan dan bahu tegang. Akan tetapi, bila Anda seorang sportsman/woman, pastinya penyakit itu semua tak akan mampir dan tentunya tidak akan menyiutkan nyali Anda semua untuk mencoba rafting karena sekali tercebur, selanjutnya terserah Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H