[caption id="attachment_230693" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS)"][/caption]
Aku bukanlah pendukung Habibie, aku juga bukan orang yang anti terhadap habibie, namun harus diakui bahwa pak Habibie memang pantas untuk dikagumi. Penemuannya, dan karyanya telah banyak membuat perubahan bagi Indonesia, meski hanya sekedar " hampir", semoga semakin banyak anak muda yang mampu meneruskannya, termasuk pribadi ini -Catatan Harian ku-
Dalam film, maupun tulisan yang menceritakan pak Habibie tersibak jelas, bagaimana jahatnya dunia per politikan di Indonesia, dan itu sudah terjadi sejak zaman orde baru. Di dunia politik fakta telah banyak diputar balik kan, bukan masalah orde baru atau pun jaman reformasi, tapi keberadaan kriminal politik semacam makelar proyek yang menghalalkan segala cara, telah menjadi racun di dalam lingkungan politik ini, " karena nila setitik rusak susu sebelanga".
20 Desember 2012, ketika premiere film habibie-ainun, untuk kesekian kali - nya aku menangis, saya menangis melihat cuplikan 1995 ketika kerincing wesi ( pesawat pertama Indonesia.red ) berhasil terbang dan mendarat dengan selamat, dan ketika ketika pesawat itu menjadi tidak lebih dari rongsokan logam yang berdebu. Cuplikan yang seingat saya belum pernah terlihat saat kecil, membuat hati ini tercabik-cabik melihat usaha sedemikan keras untuk negri-nya, untuk ibu pertiwi demikian tidak dihargai.
Saya masih ingat saat seorang kawan bertanya tentang apa cita-cita saya ketika masih berumur 10 tahun kala itu, dengan wajah penuh semangat saya pun menjawab " aku ingin menjadi peneliti ", namun teman saya itu kemudian berkata " buat apa jadi peneliti, di Indonesia peneliti tidak dihargai ". 10 tahun kemudian saat saya berkunjung ke PT.PAL , sebuah perusahaan perkapalan milik BUMN yang gossipnya sebentar lagi akan ditutup, bercerita seorang karyawan tentang masa pak Habibie, ketika beliau berjuang susah payah membangun Industri vital di Indonesia yaitu industri Perkapalan, pesawat dan kereta api. Itulah mengapa beliau teman bicara saya waktu itu sebagai karyawan senior tidak mau menyerah, meski harus jatuh bangun dan letih, dengan gaji kecil yang kadang-kadang harus dibayar terlambat, dengan kecemerlangan prestasinya beliau tetap tidak mau pindah ke lain hati, selalu berupaya dalam perjuangan membangkitkan kembali PT.PAL, meneruskan pak Habibie. Saya tidak tahu haruskah merasa kasihan terhadap orang hebat ini, yang jelas saya kagum dengan rasa patriotisme dan prinsip yang masih beliau miliki.
Kebanyakan dari kita tidak mengerti hukum, dan yang mengerti hukum lebih suka mempermainkan hukum atau menghindar dari nya, hal yang sama terjadi untuk persoalan politik. Kebanyakan orang tidak tahu banyak, sebagian besar sekedar ikut-ikutan,sebagian kecil merupakan dalang, dan sebagian yang lain pura-pura tidak tahu untuk sekedar mencari aman. Lihat saja tokoh "Sumohadi" di dalam film tersebut, seorang mentri saja bisa diancam, bagaimana dengan presiden ?. 14 tahun yang lalu pada tahun 1998 ketika Soeharto lengser dan pak Habibie menjadi presiden, berapa banyak provokator yang memecah belah bangsa ini, dan Media yang menjunjung tinggi kebebasan berbicara, tidak memilah-milah berita malah menjadi bahan bakar bagi konfrontasi antara rakyat dan pemerintah.
Mahasiswa, golongan cerdas yang mestinya paham arti etika berpolitik, malah ikut terprovokasi dalam carut marut dunia Politik kala itu. Meski Indonesia masih muda dalam memasuki dunia demokrasi, mestinya tidak terlalu lama untuk beradaptasi di era baru ini. Kini masih banyak kasus korupsi yang terjadi, dibuktikan dengan banyaknya tangkapan-tangkapan besar oleh KPK, meski jika dilogika tidak jelas antara mereka adalah tersangka atau hanya tertuduh, di dunia politik batas seperti itu menjadi samar-samar, kini per politikan di Indonesia menjadi neraka medan perang yang menakutkan bagi semua orang, apalagi yang terlibat di dalamnya.
Di sisa umur ini, masih saja saya berpikir untuk menjadi seorang presiden, padahal sudah jelas kejamnya dunia politik itu. ingin rasanya perubahan itu terjadi, meski entah apakah pribadi ini mampu. Sebenarnya jika semua orang di Indonesia ini mampu bersinergi bersama-sama, mengabaikan semua jenis kepentingan untuk satu tujuan, Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, tapi masalahnya bagaimana bisa bersinergi, jika semua orang ingin dianggap benar, jika semua orang ingin menjadi pemimpin, tukang becak depan rumah saja bercerita tantang keinginannya jadi presiden.
Ditulis dengan Hati nurani,
-Nur Fadly Ryzqy-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H