Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Penambang Emas dari Kerajaan Tertua Sulawesi Selatan di Afrika (Sekitar Abad ke 1 Masehi)

18 Februari 2022   14:48 Diperbarui: 18 Februari 2022   14:49 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai orang Bugis sebagai pemilik armada kapal yang melayani pelayaran di Madagaskar, Afrika serta pelayaran melintasi Samudera Hindia ke wilayah lainnya, disana, terdapat kapal yang disebut Mtepe -- buatan suku Bajun (baju).

Mtepe merupakan jenis kapal penumpang yang saat itu merupakan kapal yang umum digunakan di pantai Afrika Timur. Kapal ini cukup luas untuk mengangkut barang-barang menempuh jarak jauh. Kemampuan Suku Bajun dalam membuat kapal tersebut dikarenakan mereka merupakan keturunan dari orang Bajo dari masa lampau.

Untuk pendapat ini, Robert Dick mengatakan: Jika suku Bajun terkait dengan suku Bajo dari Indonesia, Suku Bugis dari Sulawesi memiliki peluang yang lebih besar untuk dihubungkan dengan bangsa Afrika/ Madagaskar.

Dugaan Robert Dick ini cukup mendasar jika mencermati mata pencaharian suku Bajun Afrika adalah sebagai nelayan -- dan dibandingkan dengan binatang lain, mereka sangat senang menangkap mentimun laut atau teripang -- yang mana hal ini identik dengan Suku Bajo dan Bugis Makassar yang rela berlayar hingga ribuan mil ke laguna-laguna dangkal di pantai utara Australia untuk menangkap binatang tersebut, dan menjualnya sebagai makanan mahal di pasar-pasar di dataran Cina.

Terkait kapal Mtepe yang berfungsi sebagai kapal penumpang di masa lalu, saya menduga ada keterkaitan dengan asal usul penamaan Pete-pete sebagai istilah untuk angkutan umum yang secara luas digunakan masyarakat di beberapa tempat di Sulawesi Selatan. Bisa saja ada kemungkinan bahwa Mtepe yang merupakan nama angkutan umum di laut pada masa lalu, seiring berjalannya waktu terserap menjadi istilah untuk nama angkutan umum di darat di Sulawesi Selatan.

Istilah ini kemungkinan dibawa oleh para pelaut Bugis Makassar atau pelaut Bajo dari Afrika, kemudian mempopulerkannya di Sulawesi Selatan. Hal ini saya pikir relevan dengan ungkapan William Marsden yang mengindikasikan Pelaut Bugis Makassar sebagai "sumber trend di masa lalu", yang mana hal ini dapat dimengerti dikarenakan mereka memiliki banyak pengalaman dengan mengunjungi banyak tempat dalam aktifitasnya sebagai pelaut.

Berikut ini saya mengutip ulang ungkapan Marsden tersebut: "Orang-orang Bugis Makassar yang datang tiap tahun untuk berdagang di Sumatra dianggap para penduduk setempat sebagai teladan dalam cara bersikap, bangsa Melayu meniru gaya berpakaian mereka, serta membuat pantun-pantun yang memuji pencapaian mereka. Reputasi mereka tentang keberanian, yang melebihi semua pelaut di perairan bagian timur, mendapat sanjungan khusus. Mereka juga memperoleh rasa hormat dari barang-barang mahal yang mereka datangkan, serta semangat yang mereka tunjukkan ketika membelanjakannya dalam permainan, sabung ayam dan opium."

Keberadaan unsur toponim yang identik antara yang ada di pulau Sulawesi dan Madagaskar bukanlah hal yang mengejutkan karena bahasa yang digunakan masyarakat di kedua pulau, oleh para ahli lingustik telah disepakati teridentifikasi sebagai bagian dari pada rumpun bahasa bahasa Austronesia.

Otto Dahl (1951) walaupun secara umum mengemukakan bahasa Malagasi ada keterkaitan dengan Bahasa Ma'anjan, namun di sisi akhir dalam bukunya yang berjudul "Malgache et Ma'anjan" ia juga mengatakan bahwa terdapat unsur dalam Malgache yang mengarah ke Celebes (Sulawesi).

Berikut ungkapan Otto Dahl dalam Malgache et Ma'anjan hlm. 372 tersebut: "Les resemblances avee le Maanjan ne resolvent pourtant pas tous les problems du Malgache. Il ya dans le Malgache des elements qui semblent nous orienter vers Celebes. Mais une nation qui a pousse ses expeditions maritime jusqu'en Afrique, a certainment pu, long temps auparavant, traverse le Detroit de Macassar, et a subi l'influence des langues de Celebes."

Pradiptajati Kusuma dkk, Dalam artikelnya "Mitochondrial DNA and the Y chromosome suggest the settlement of Madagascar by Indonesian sea nomad populations" menyampaikan bahwa nilai FST kromosom Y yang ketika divisualisasikan dengan Surfer, menunjukkan bahwa populasi Indonesia dengan afinitas terdekat ke Malagasi berasal dari daerah dekat garis Wallace di barat dan selatan laut Sulawesi (Sulawesi selatan, timur Borneo dan Kepulauan Sunda Kecil). Populasi dengan afinitas tertinggi ke Malagasi adalah Mandar (Sulawesi), Flores (Sunda Kecil), Bajo (Sulawesi), dan Kalimantan Timur Dayak dan Lebbo '(Kalimantan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun