Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaitan Angka 144 yang Sakral dalam Tradisi Ibrani dengan Angka 8291 yang Disebut Dalam Wangsit Jayabaya (Tradisi Jawa)

7 Juni 2021   13:41 Diperbarui: 7 Juni 2021   14:19 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, di kalangan Arab, istri terhitung sebagai "ahl" untuk suaminya, suatu umat bagi setiap nabi adalah ahlunya, dan penduduk kota adalah "ahl" untuk kota itu. Jadi dengan demikian, Anak Domba dapat disebut sebagai "ahl" untuk kota Yerusalem Baru.

Dan oleh karena bait suci ketiga yang dibangun menjelang akhir zaman terletak di dalam kota Yerusalem baru, maka, dapat diduga jika Anak Domba adalah tokoh penyelamat dunia yang akan muncul di akhir zaman nanti. (pembahasan mengenai hal ini telah saya ulas panjang lebar dalam artikel: Lamed Vav Tzadikim: 36 Orang Saleh yang Mengembara di Bumi.

Demikianlah, kota Yerusalem Baru yang masih misterius dapat kita lihat, akrab dengan angka 12 dan 144 -- dan kita ketahui, akar kuadrat dari 144 adalah 12.

Lalu, apa hubungan angka 144 dengan angka 8291 yang disebut dalam wangsit Jayabaya? (pembahasan khusus mengenai angka 8291 dalam wangsit Jayabaya silakan baca di sini: Rahasia Angka Misterius "8291" Dalam Wangsit Jayabaya)

Jawabannya, baru saya temukan beberapa hari yang lalu. Setelah secara intuitif saya diarahkan untuk mengalikan keempat angka tersebut, yang hasilnya adalah: 144. (8 x 2 x 9 x 1 = 144)

Ini semakin menguatkan kenyataan bahwa Wangsit Jayabaya bukanlah nubuat yang berdiri sendiri, tetapi terhubung dengan nubuat-nubuat lain yang telah disampaikan dalam banyak tradisi agama di dunia.

Sebelumnya, dalam artikel "Kumara Sang Dewa Perang yang Disebut Dalam Wangsit Jayabaya", saya telah menunjukkan jika nama 'Kumara' yang disebut Prabu Jayabaya dalam wangsitnya, adalah tokoh yang populer dalam teks-teks kuno tradisi India.

Bahkan kepopuleran Dewa Kumara berlanjut ke abad pertengahan, di dalam komunitas teosofi (baca pembahasannya di sini: Kepopuleran Sanat Kumara di Kalangan Mistikus Teosofi)

Jadi, memang tidak salah jika, Satria Piningit atau Ratu Adil yang disebut Prabu Jayabaya dalam wangsitnya, mengacu pada sosok Sang Penyelamat akhir zaman, yang banyak diriwayatkan dalam berbagai tradisi -- seperti Ibrani, Hindu, Buddha, Islam, hingga tradisi Jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun