Pada bait 159 wangsit Jayabaya terdapat bunyi kalimat sebagai berikut: selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun / sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu bakal ana dewa ngejawantah / apengawak manungsa / apasurya padha bethara Kresna / awatak Baladewa / agegaman trisula wedha / jinejer wolak-waliking zaman / wong nyilih mbalekake / wong utang mbayar / utang nyawa bayar nyawa / utang wirang nyaur wirangÂ
Artinya:Â selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun / (sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu) / akan ada dewa tampil / berbadan manusia / berparas seperti Batara Kresna / berwatak seperti Baladewa / bersenjata trisula wedha / tanda datangnya perubahan zaman / orang pinjam mengembalikan / orang berhutang membayar / hutang nyawa bayar nyawa / hutang malu dibayar malu)
Secara literari, bunyi kalimat awal dalam bait 159Â "selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun (sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu) akan ada dewa tampil berbadan manusia", dapat dimaknai sebagai suatu pernyataan yang mengisyaratkan tentang waktu kemunculan sosok manusia pilihan yang diilustrasikan secara simbolis oleh Prabu Jayabaya dalam bentuk kalimat "Dewa berbadan manusia".
Isyarat waktu tersebut Ia nyatakan dalam bentuk kalimat "sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu" -- yang selama ini oleh kalangan spiritualis dan budayawan Jawa umumnya ditafsirkan sebagai berikut: sinungkalan dewa wolu (8), ngasta (2), manggalaning (9), ratu (1) -- yang berarti 8291.
Dengan demikian, bentuk kalimat yang lebih mudah dipahami untuk bagian awal bait 159 adalah sebagai berikut: selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun (8291), akan ada dewa tampil berbadan manusia, berparas seperti Batara Kresna, berwatak seperti Baladewa (...)Â -- Dari bentuk ini dapat terlihat jika angka "8291" diisyaratkan merujuk pada suatu momen menjelang tutup tahun.
Atas hal ini, beberapa kalangan pemerhati wangsit Jayabaya memilih menafsir angka 8291 sebagai penulisan terbalik untuk angka tahun 1928 karena dianggap suatu hal yang mustahil jika angka 8291 mengacu pada angka tahun 8291. Tetapi, karena tahun 1928 telah berlalu, maka, bentuk interpretasi berikutnya muncul, yaitu, menjumlahkan deretan angka tersebut, yang hasilnya: 20 (1+9+2+8). Jumlah 20 ini kemudian dianggap mengacu pada tahun 2020.
Tapi, tahun 2020 juga telah berlalu, sementara "dewa berbadan manusia" yang disebutkan Prabu Jayabaya dalam wangsitnya belum juga tampil. Karena itu, dengan sendirinya angka misterius 8291 masih menuntut suatu interpretasi lain.
Saya pribadi melihat ada kemungkinan jika angka 8291 mesti dilihat sebagai deretan angka yang secara spesifik menyatakan tanggal tertentu, yaitu: 9 / 8 / 21 ( 9 Agustus 2021).
Tanggal ini, nyatanya, sangat sejalan dengan bunyi pernyataan Prabu Jayabaya "selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun" -- karena menurut Penanggalan Jawa, 1 hari setelah tanggal ini, yaitu 10 Agustus 2021, adalah merupakan tanggal 1 Suro (tahun baru dalam penanggalan Jawa) yang senantiasa bertepatan dengan 1 Muharram atau tahun baru Hijriyah dalam kalender Islam.