Dalam tradisi Buddhisme disebutkan, Mara adalah raja iblis yang datang menggoda Pangeran Siddhartha (Buddha Gautama) yang duduk di bawah pohon Bodhi, untuk menghalanginya mencapai pencerahan.
Dalam ikonografi Buddha, Mara paling sering ditampilkan sebagai iblis yang mengerikan, terkadang ia digambarkan sebagai gajah, ular kobra, atau banteng yang sangat besar.Â
Saat ditampilkan dalam bentuk antropomorfik (manusia), ia biasanya digambarkan menunggangi gajah dengan taring tambahan. Adegan populer lainnya dari Mara, yaitu adegan ketika ia dan pasukan iblisnya menyerang Buddha, juga tentang ketiga putrinya yang turut hadir menggoda Buddha.
Legenda tentang Mara yang direkam dalam banyak buku-buku sangatlah rumit. Ia digambarkan dalam banyak bentuk, tapi, pada umumnya ada empat atau lima aspek yang seringkali menjadi subjek pembahasan.
Literatur Pali misalnya, sering berbicara tentang panca-mara (lima Mara):Â
- Devaputra-mara (Mara sebagai dewa, tapi dalam pemahaman modern, ini nampaknya diinterpretasi sebagai makhluk halus),Â
- Kilesa-mara (Mara sebagai perwujudan dari semua emosi yang tidak terampil , seperti keserakahan, kebencian, dan delusi ,Â
- Khandha-mara (Mara sebagai metafora),Â
- Kamma-mara ( Mara dari bentukan-bentukan karma), danÂ
- Makcu-mara (Mara sebagai kematian).
Dari kesemua itu, Mara sebagai kematian yang paling menjadi rujukan umum.
Selain terkenal dengan sebutan "Sosok Penggoda Buddha", ia juga sering disebut 'papima maro' (Mara si Jahat), dan 'namuci' (penentang pembebasan).Â
Dia muncul dalam teks baik sebagai pribadi yang nyata (yaitu sebagai dewa) dan sebagai personifikasi kejahatan dan nafsu, dari totalitas keberadaan duniawi, dan kematian.
Sebagai pribadi yang nyata, Mara dianggap sebagai dewa yang menguasai surga tertinggi dari alam indria (kamavacara), dan juga disebut sebagai dewa yang memegang kekuasaan atas hal yang bukan ciptaannya (dewa paranimmitavasavatti).
Menurut tradisi, ketika Bodhisattva Siddhartha Gautama sedang duduk di bawah pohon Bodhi, Mara dengan sia-sia mencoba menghalangi pencapaian Pencerahannya. Pertama dengan menakut-nakuti dia melalui sekumpulan iblisnya, dan kemudian dengan daya pikat ketiga putrinya. Episode ini disebut 'perang Mara' (mara-yuddha).Â
Selama 7 tahun Mara telah mengikuti Sang Buddha, mencari kelemahan apapun dalam dirinya; yaitu, 6 tahun sebelum Pencerahan dan satu tahun setelahnya.Â