Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kata "Kapal, Pulau, dan Kuil" Bukti Beberapa Bahasa Dunia Memiliki Asal-usul DNA yang Sama

31 Mei 2020   16:01 Diperbarui: 30 Juni 2020   13:44 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelayaran Kon Tiki mengarungi samudera Pasifik pada tahun 1947 (sumber: www.britannica.com)

Dalam tradisi mereka Myeerah berarti "Berjalan di Air." Karena itu nama ini biasa digunakan sebagai nama kapal. (sumber di sini) Dalam tradisi suku Wyandot ini, dapat diduga jika sifat "merah berarti berani" mendasari makna 'Myeerah' dalam tradisi mereka yang menunjukkan sifat berani dalam tradisi bahari mereka, yaitu berani mengarungi lautan.

***

Demikianlah, ulasan di atas menunjukkan fakta bahwa, dengan cara yang luar biasa bahasa berkembang dalam peradaban manusia. "Cella" sebagai nama sebuah pulau, dan di sisi lain sebagai sebuah kata yang bermakna "merah" (dengan beberapa kata turunannya: mira, bira, cella, cera, eja) telah bermorfologi melahirkan kata-kata baru dalam tradisi bahasa pada berbagai suku bangsa di dunia.

Di sisi lain, fakta ini menunjukkan fenomena unik yang terjadi dalam morfologi bahasa, di mana kata "kapal dan pulau" serta kata "kuil" yang mendasari konsep filosofisnya dari kehidupan maritim, berasal dari makna "merah" yang berarti berani. 

Jadi kita mungkin dapat menafsirkan pula bahwa, makna "merah" yang berarti berani, terkait erat dengan filosofi kehidupan maritim di masa kuno, selain itu, nampaknya telah menginspirasi pula filosofi kehidupan keagamaan di masa tersebut. 

Atau mungkin, bisa jadi inilah penjelasan lebih jauh untuk hipotesis yang diajukan para ahli yang menekuni studi sejarah bangsa phoenicia (bangsa maritim terbesar di masa kuno), yang mengatakan bahwa bangsa Phoenicia telah menyebarkan peradaban dan aspek kehidupan keagamaan di wilayah-wilayah taklukannya.

Karena hanya bangsa yang berjiwa bahari saja yang akan membenamkan filosofi kehidupan maritimnya hingga ke aspek keagamaan. 

Selain itu, persebaran konsep tersebut yang mencapai wilayah orang nordic di ujung utara bumi, yang berlangsung pada masa kuno, hanya bangsa laut sebesar bangsa Phonecia sajalah yang sejauh ini membuktikan kemampuan dapat melakukan hal tersebut.

Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.

Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, 31 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun